Sri Lanka Pulangkan Sampah Terakhir yang Tak Diinginkan ke Inggris

Sampah plastik terlihat menumpuk di luar sebagai ilustrasi. Sri Lanka telah mengirim pulang kontainer-kontainer limbah terakhir dari Inggris. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)

Sri Lanka telah mengirim pulang kontainer-kontainer limbah terakhir dari Inggris, kata seorang pejabat pemerintah, Selasa (22/2). Sri Lanka, seperti halnya banyak negara berkembang lainnya, berupaya memblokir impor sampah dan barang-barang berbahaya lingkungan lainnya dari negara-negara kaya.

Dinas bea cukai di negara Asia Selatan itu dua tahun lalu mengidentifikasi adanya pengiriman limbah dalam jumlah besar, yang diklaim oleh sejumlah importir lokal untuk didaur ulang. Jumlahnya mencapai 263 kontainer, dan umumnya dari Inggris. Isi kontainer-kontainer itu termasuk kasur, karpet, dan pegas bekas.

Ajith Weerasundara, seorang pejabat tinggi di Badan Perlindungan Lingkungan Sri Lanka, mengatakan 45 kontainer terakhir dikirim ke luar negeri pada Senin (21/2).

BACA JUGA: Sri Lanka Pulangkan Limbah Ilegal ke Inggris

Sri Lanka termasuk penanda tangan Konvensi Basel yang mengontrol pergerakan lintas batas limbah berbahaya dan pembuangannya, terutama di negara-negara berkembang.

Weerasundara mengatakan pihak berwenang akan tetap waspada untuk mencegah terjadinya pembuangan limbah di negara tersebut.

Banyak negara di Asia Tenggara telah menolak ekspor sampah dari negara-negara maju dalam beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2020 Malaysia memulangkan 150 kontainer sampah terutama ke negara-negara maju setelah semua kontainer itu dialihkan ke sana menyusul larangan China terhadap impor sampah plastik. [ab/uh]