Stadia: Pembunuh Konsol Permainan?

Jade Raymond, kepala Stadia Games and Entertainment milik Google, berbicara di panggung dalam sebuah presentasi pada Game Developers Conference di San Fransisco, California, AS, 19 Maret 2019 (foto: Reuters/Stephen Lam)

Google hari Selasa mengungkapkan infrastruktur untuk permainan game miliknya yang disebut Stadia, dengan memposisikan infrastruktur tersebut sebagai penantang bisnis video game tradisional.

Infrastruktur tersebut mampu menyimpan sesi permainan game di penyimpanan awan dan memungkinkan para pemain untuk berpindah perangkat permainan selama perangkat tersebut telah terpasang mesin peramban Google Chrome dan sistem operasi Chrome, seperti telepon Pixel atau komputer portabel Chromebooks.

Google belum mengungkakan berapa biaya penggunaan layanannya, apakah model bisnis yang ditawarkan berupa sistem berlangganan atau opsi-opsi lainnya, atau permainan-permainan apa yang akan tersedia saat infrastruktur permainan game itu diluncurkan – semua elemen-elemen penting untuk keberhasilan sebuah infrastruktur permainan game yang baru. Perusahaan itu hanya menyatakan sarana permainan game ini akan tersedia di akhir tahun 2019.

Pengumuman dilakukan dalam perhelatan Game Developers Conference di San Fransisco. Beberapa pengamat industri berharap dibuatnya konsol yang dapat mengakses koleksi game, namun pusat infrastruktur yang diluncurkan Google mengandalkan infrastruktur awan perusahaan tersebut.

“Permainan game generasi baru tidak dimainkan dalam sebuah kotak,” ujar Wakil Presiden Google, Phil Harrison. “Sarananya berpusat pada pusat data.”

Mirip dengan sarana koleksi video dan musik, industri video game tradisional telah beralih dari format perangkat keras dan permainan game dalam bentuk fisik menjadi format game yang dapat diunduh dan dipancarluaskan. [ww]