Personel diplomatik Meksiko meninggalkan Ekuador pada Minggu. Menteri Luar Negeri Meksiko menyampaikan hal tersebut sementara kedua negara memutuskan hubungan setelah pasukan keamanan Ekuador menyerbu kedutaan besar Meksiko. Serbuan ini memicu teguran internasional.
“Staf diplomatik kami meninggalkan apapun di Ekuador dan pulang dengan kepala tegak, setelah serangan terhadap kedutaan besar kami,” kata Menteri Luar Negeri Alicia Barcena di platform X.
Dia berbicara setelah Spanyol dan Uni Eropa bergabung dengan pemimpin PBB dan negara-negara Amerika Latin, mengutuk penyerbuan tersebut. Aksi itu dilakukan dalam upaya menangkap mantan Wakil Presiden Ekuador, Jorge Glas, yang berlindung di kedutaan tersebut.
Glas mencari perlindungan di kedutaan Meksiko Desember lalu setelah surat penangkapan dikeluarkan terhadapnya atas tuduhan korupsi. Upaya ini disebut pemerintahan Presiden Ekuador, Daniel Noboa, sebagai “tindakan terlarang”.
Pasukan khusus Ekuador yang dilengkapi dengan pelantak tubruk atau alat penghancur dinding, mengepung kedutaan pada Jumat. Setidaknya seorang agen memanjat dinding. Ini penyerbuan yang hampir tidak pernah terdengar dilakukan di gedung diplomatik, yang dianggap sebagai bagian dari kedaulatan wilayah yang tidak dapat diganggu gugat.
BACA JUGA: Meksiko Tangguhkan Hubungan Usai Eks Wapres Ekuador Dicokok di Kedubes MeksikoPada Sabtu, Kementerian Luar Negeri Meksiko mengatakan bahwa personel diplomatik dan keluarga mereka akan meninggalkan Ekuador sehari kemudian. Dia juga menambahkan bahwa personel dari “negara-negara bersahabat dan sekutu” akan menemani mereka ke bandar udara.
Kelompok ini, yang menurut otoritas terdiri dari 18 orang, melakukan perjalanan dengan penerbangan komersial ke Meksiko City setelah sebuah pesawat militer dilarang masuk karena ketegangan yang meningkat.
Para pejabat dan keluarga mereka datang ke bandar udara Quito ditemani oleh duta besar dari Jerman, Panama, Kuba dan Honduras, begitu juga presiden dari Dewan Ekuador-Meksiko, kata Kementerian Luar Negeri Meksiko dalam sebuah pernyataan terpisah.
Presiden Meksiko, Andres Manuel Lopez Obrador telah menyebut penyerbuan itu “pelanggaran nyata” terhadap kedaulatan Meksiko, dan mengatakan bahwa dia akan mengajukan protes terhadap Ekuador di Mahkamah Internasional.
Meksiko juga telah mengecam “kekerasan fisik” terhadap kepala misi Roberto Canseco, yang didorong hingga jatuh oleh anggota pasukan Ekuador ketika mencoba mencegah serangan itu.
“Bagaimana itu bisa terjadi, ini tidak bisa. Ini gila,” kata Conseco yang masih terguncang kepada televisi lokal setelah penyerbuan itu.
Kecaman berdatangan dari pemerintah-pemerintah regional di seluruh spektrum politik, termasuk Nikaragua, Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Kolombia, Kuba, Peru dan Venezuela.
Sekjen PBB Antonio Gutteres “khawatir” akan penyerbuan itu, sedangkan Spanyol dan Uni Eropa mengeluarkan pernyataan keras yang mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran terhadap Konvensi Wina.
Konvensi pada 1961 itu, perjanjian yang mengatur hubungan internasional, menyatakan bahwa sebuah negara tidak boleh mengganggu sebuah kedutaan yang ada di negaranya.
“Melindungi integritas misi-misi diplomatik dan personelnya adalah penting untuk menjaga stabilitas dan ketertiban internasional, mempromosikan kerja sama dan rasa saling percaya di antara negara-negara,” kata Uni Eropa dalam sebuah pernyataan.
Pada Sabtu, kedutaan itu masih dikepung oleh polisi dan bendera Meksiko telah diturunkan. [ns/ka]