Studi: Bangladesh Masih Jadi Pusat Perburuan Liar Macan

Seekor macan berjalan di hutan di Sarankhola di barat daya Distrik Bagerhat, Bangladesh, 11 April 2018. (Foto: Departemen Kehutanan Bangladesh/AFP)

Bangladesh masih menjadi pusat perburuan liar macan-macan yang terancam punah, meski pemerintah mengklaim kesuksesan memberantas kelompok-kelompok pembajak yang terlibat dalam perdagangan ilegal itu.

Hal itu terungkap dalam penelitian yang dirilis pada Jumat (28/7).

Hutan bakau Sundarban yang luas dan membentang antara India dan Bangladesh memiliki populasi macan Bengal terbesar di dunia.

Kulit, tulang-tulang, dan daging mereka dibawa oleh pelaku pasar gelap sebagai bagian dari perdagangan ilegal satwa liar yang lebih besar dengan senilai $20 miliar secara global setiap tahunnya.

Seekor macan Bengal mati dibunuh oleh warga Desa Khalishabunia di Satkhira, Bangladesh, 2 Juli 2009. (Foto: Shaik Mohir Uddin/AFP)

Riset yang dilakukan oleh kelompok konservasi kucing besar, Panthera dan Akademi Sains China mengatakan bagian-bagian tubuh macan yang diperoleh di kawasan Sundurban sudah diekspor ke-15 negara. India dan China adalah tujuan paling banyak untuk ekspor ilegal itu.

Kelompok-kelompok pembajak yang beroperasi di Sundarban melakukan perdagangan ilegal macan yang menguntungkan sebelum upaya pemberantasan oleh pemerintah dimulai pada 2016.

Setidaknya 117 pelaku ditembak mati dan ratusan lainnya ditahan, menurut angka resmi pemerintah. Banyak pelaku lainnya menyerah sebagai bagian dari program amnesti pemerintah.

Namun, riset Panthera yang diterbitkan di jurnal Conservation Science and Practice mengatakan kekosongan akibat operasi pemberantasan itu diisi oleh lebih dari 30 sindikat spesialis perburuan liar macan dan pemburu liar oportunis.

BACA JUGA: Enam Tahun Dirawat, Wahyu Si Macan Tutul Siap Menempuh Hidup Baru

Para pedagang beroperasi melalui perusahan-perusahan logistik milik mereka sendiri. Dalam beberapa kasus, mereka menyembunyikan aktivitas mereka di balik izin perdagangan satwa liar yang legal, menurut studi itu.

Riset itu dilakukan dengan metode wawancara sejumlah pihak yang terlibat perdagangan satwa liar. Riset itu juga mendapati bahwa konsumsi bagian-bagian tubuh macan meningkat sejak operasi pemberantasan seiring dengan meningkatnya perekonomian Bangladesh.

Warga Bangladesh yang kaya membeli obat-obatan yang menggunakan bagian tubuh macan. “Juga membeli hiasan-hiasan besar untuk dipajang seperti tengkorak dan kuli,” kata studi itu

Seekor macan Bengal berjalan di Tamban Nasional Bannerghatta, 25 kilo ke arah selatan Bengaluru, India, 29 Juli 2015. (Foto: Aijaz Rahi/AP Photo)

Hasil riset itu dipertanyakan oleh pejabat konservasi Sundarban, Bangladesh Abu Naser Mohsin Hossain yang mengatakan pemberantasan sudah menghentikan perdagangan ilegal itu

“Kami telah mengambil langkah-langkah untuk melestarikan populasi macan Bengal di Sundarban,” kata Hossain kepada AFP.

“Tidak ada macan yang mati akibat konflik macan-manusia dalam lima tahun terakhir. Penampakan-penampakan (macan) sudah meningkat,” katanya.

Your browser doesn’t support HTML5

Upaya Akhiri Praktik Eksploitasi Harimau sebagai Tontonan Wisatawan

Hanya tersisa 114 macan Bengal di kawasan Sundarban yang berada di wilayah Bangladesh, menurut sensus resmi yang dirilis pada 2019. Angka itu naik sedikit sejak mencapai rekor angka terendah empat tahun sebelumnya.

Hasil perhitungan yang sudah diperbaharui akan diterbitkan tahun depan.

Perburuan liar adalah ancaman terbesar untuk macan secara global. China adalah penggerak permintaan paling besar, terutama terkait dalam penggunaan bagian-bagian tubuh macan untuk obat tradisional, menurut Panthera. [ft/ah]