Studi Baru: Kera Terbesar yang Pernah Hidup Punah karena Perubahan Iklim

  • Associated Press

Foto ilustrasi yang menampilkan spesies Gigantopithecus blacki yang hidup di hutan di wilayah Guangxi, China selatan. (Foto: Garcia/Joannes-Boyau/Southern Cross University)

Spesies kera besar purba kemungkinan besar punah ketika perubahan iklim membuat buah-buahan favorit mereka tidak dapat dijangkau selama musim kemarau, demikian laporan para ilmuwan pada Rabu (10/1).

Spesies Gigantopithecus blacki, yang pernah hidup di wilayah China selatan, merupakan kera terbesar yang diketahui para ilmuwan – tingginya mencapai sekitar 3 meter dan berat mencapai hampir 295 kilogram.

Namun ukurannya tersebut mungkin juga menjadi kelemahan bagi spesies itu.

“Ini hewan berukuran besar – sangat, sangat besar,” kata Renaud Joannes-Boyau, peneliti di Southern Cross University Australia dan salah seorang penulis studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature. “Ketika makanan mulai langka, sementara badannya sangat besar, kera ini tidak bisa memanjat pohon untuk mencari sumber makanan baru.”

BACA JUGA: FAO: Harga Pangan Global Turun dari Rekor Tahun 2022, Kecuali Beras dan Gula

Kera raksasa ini, yang kemungkinan besar mirip dengan orangutan modern, bertahan selama sekitar 2 juta tahun di dataran berhutan di wilayah Guangxi, China. Kera raksasa itu menjalani pola makan vegetarian, mengunyah buah-buahan dan bunga-bungaan di hutan tropis, hingga lingkungan mulai berubah.

Para peneliti menganalisis sampel serbuk sari dan sedimen yang disimpan di gua-gua Guangxi, serta fosil gigi, untuk mengungkap bagaimana hutan menghasilkan lebih sedikit buah mulai sekitar 600.000 tahun yang lalu, karena wilayah tersebut mengalami lebih banyak musim kemarau.

Para peneliti menemukan bahwa kera raksasa tidak punah dengan cepat, namun kemungkinan besar punah antara 215.000 hingga 295.000 tahun yang lalu.

Meskipun kera yang lebih kecil mungkin mampu memanjat pohon untuk mencari makanan yang berbeda, analisa para peneliti menunjukkan bahwa kera raksasa memakan lebih banyak kulit pohon, alang-alang, dan makanan tidak bergizi lainnya.

“Ketika hutan berubah, tidak ada cukup makanan yang disukai spesies tersebut,” kata rekan penulis Zhang Yingqi dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi China.

BACA JUGA: Peternakan Terapung di Belanda Jadi Salah Satu Solusi Hadapi Perubahan Iklim

Sebagian besar pengetahuan para ilmuwan tentang kera besar yang punah berasal dari penelitian fosil gigi dan empat tulang rahang bawah yang besar, semuanya ditemukan di China selatan. Tidak ada kerangka lengkap yang ditemukan.

Menurut catatan fosil antara sekitar 2 hingga 22 juta tahun yang lalu, puluhan spesies kera besar menghuni Afrika, Eropa dan Asia. Saat ini yang tersisa hanyalah gorila, simpanse, bonobo, orangutan, dan manusia.

Meskipun manusia pertama muncul di Afrika, para ilmuwan tidak tahu di benua mana keluarga kera besar pertama kali muncul, kata Rick Potts, yang memimpin Program Asal-Usul Manusia di Museum Nasional Sejarah Alam Smithsonian dan tidak terlibat dalam penelitian ini. [my/jm]