Krisis biaya hidup adalah risiko global terbesar selama dua tahun ke depan, demikian peringatan Forum Ekonomi Dunia, World Economic Forum (WEF), Rabu (11/1) dalam sebuah survei sebelum pertemuan tahunan para elit global di Davos.
Laporan WEF menggambarkan krisis biaya hidup sebagai "risiko jangka pendek terbesar" antara sekarang hingga 2025, diikuti oleh bencana alam, peristiwa cuaca ekstrem, dan "konfrontasi geo-ekonomi".
Inflasi global tetap pada tingkat tertinggi setelah biaya energi dan makanan meroket tahun lalu, sebagian besar karena invasi terhadap kekuatan pertanian Ukraina oleh produsen minyak dan gas besar Rusia.
Keterbatasan pasokan yang disebabkan oleh pandemi COVID juga berkontribusi pada tingginya harga yang berlangsung selama puluhan tahun bagi konsumen.
"Konflik dan ketegangan geo-ekonomi telah memicu serangkaian risiko global yang sangat terkait," kata studi tahunan menjelang pertemuan minggu depan di Davos, Swiss.
"Ini termasuk krisis pasokan energi dan makanan, yang kemungkinan akan bertahan selama dua tahun ke depan, dan peningkatan kuat dalam biaya hidup dan pembayaran utang," tambahnya.
Laporan itu mengatakan "risiko krisis merusak upaya untuk mengatasi risiko jangka panjang, terutama yang terkait dengan perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan investasi dalam sumber daya manusia".
Survei tersebut, yang dibuat oleh perusahaan konsultan Marsh McLennan dan Zurich Insurance Group, mempertimbangkan pandangan lebih dari 1.200 pakar risiko global, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri.
"Lanskap risiko jangka pendek didominasi oleh energi, pangan, utang, dan bencana," kata Saadia Zahidi, direktur pelaksana WEF.
"Mereka yang sudah paling rentan telah menderita dan karena berbagai berbagai krisis, mereka yang termasuk rentan bertambah dengan cepat, di negara kaya dan miskin," tulisnya dalam laporan tersebut. [my/lt]