Suara tembakan dan ledakan terdengar jelas, Senin pagi (10/10), di jalan-jalan di sebuah kota di Iran barat, yang menjadi pusat protes terkait kematian Mahsa Amini. Setidaknya seorang pria dilaporkan tewas di tangan pasukan keamanan di sebuah desa di dekatnya, kata para aktivis.
Insiden itu terjadi ketika demonstrasi masih berkecamuk di kota-kota besar dan kecil serta desa-desa di berbagai penjuru Iran terkait kematian perempuan berusia 22 tahun itu pada 16 September lalu, beberapa hari setelah ditahan oleh polisi moral di Teheran.
Sementara pemerintah Iran bersikeras Amini tidak dianiaya, beredarnya banyak video konfrontasi terkait kewajiban mengenakan jilbab secara sepantasnya di Iran memicu kecurigaan bahwa Amini menderita kekerasan fisik selama penahanannya.
Dari Teheran dan berbagai lokasi lain d Iran, video-video bermunculan dan menunjukkan banyak perempuan berpawai di jalan-jalan tanpa jilbab, sementara yang lain berkonfrontasi dengan pihak berwenang dan melakukan aksi pembakaran di jalan-jalan saat aksi protes berlanjut memasuki pekan keempat.
Kekerasan Senin pagi terjadi di Sanandaj, ibu kota provinsi Kurdistan Iran, serta di desa Salas Babajani yang terletak dekat perbatasan dengan Irak, menurut kelompok Kurdi yang disebut Organisasi HAM Hengaw. Amini adalah seorang perempuan Kurdi dan kematiannya sangat terasa di wilayah Kurdi Iran, di mana demonstrasi dimulai pada 17 September pada saat pemakamannya di sana.
Hengaw memposkan video rekaman di internet yang menunjukkan asap membubung di sebuah lingkungan di Sanandaj, sementara suara tembakan terdengar bergema menembus kegelapan malam di sela teriakan orang-orang.
Belum ada kabar apakah ada yang terluka dalam kekerasan tersebut. Hengaw belakangan memposkan video yang menunjukkan sejumlah selongsong peluru dan tabung gas air mata.
Pihak berwenang belum memberi penjelasan segera tentang kekerasan Senin pagi di Sanandaj, sekitar 400 kilometer barat Teheran. Esmail Zarei Kousha, gubernur provinsi Kurdistan Iran, menuduh tanpa memberi bukti bahwa kelompok-kelompok tak dikenal “bersekongkol untuk membunuh orang-orang muda di jalan-jalan'', lapor kantor berita Fars, Senin. [ab/ka]