Sudan Selatan Termasuk Negara Terburuk dalam Perlakukan Wartawan

Pertemuan Serikat Jurnalis Sudan Selatan membahas pembunuhan wartawan Peter Moi dari surat kabar The New Nation, 2015.

Para wartawan diserang tentara pemerintah, kelompok kriminal dan kelompok-kelompok politik.

Komite untuk Melindungi Jurnalis (CPJ) mengatakan, 95 persen wartawan yang dibunuh di seluruh dunia selama 10 tahun terakhir adalah wartawan lokal. Namun, dalam laporan terbarunya, Komite mengatakan banyak dari mereka yang bertanggung jawab tidak dihukum.

CPJ mengatakan, kekebalan hukum seperti itu adalah salah satu ancaman terbesar bagi kebebasan pers.

Konsultan CPJ, Elisabeth Witchel, penulis indeks baru Kekebalan Hukum Global berjudul "Getting Away With Murder" mengatakan, Sudan Selatan berada di antara lima negara teratas di mana wartawan dibunuh tanpa ada tindakan hukum terhadap pelakunya tahun 2016.

"Tidak saja semua tentara pemerintah menyerang wartawan. Kami melihat kelompok kriminal yang telah menjadi sangat kuat menyerang wartawan. Kami melihat kelompok-kelompok politik seperti di Sudan Selatan menyasar wartawan," kata Witchel.

Laporan itu menyatakan, pada Januari 2015, lima wartawan disergap, ditembak, dibacok dengan parang, dan dibakar di negara bagian Bahr al Ghazal. Para wartawan berada dalam konvoi seorang anggota parlemen ketika diserang.

Pada bulan September, sebuah surat kabar utama Sudan Selatan besar ditutup oleh petugas pemerintah. Bulan Juli, seorang wartawan lokal ditembak dan tewas di Juba, ketika orang-orang bersenjata yang mengenakan seragam pemerintah menyusup ke kompleks Terrain, yang dihuni wartawan asing dan lokal serta pekerja bantuan.

Negara terburuk untuk tahun kedua berturut-turut adalah Somalia, di mana kelompok militan al-Shabaab diduga melakukan mayoritas serangan fatal terhadap wartawan. [ps/al]