Sudan Umumkan Keadaan Darurat di Perbatasan Selatan

Presiden Salva Kiir (tengah) tiba di John Garang Masoleum di Juba, Sudan (27/4). Sudan telah mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasan dengan Sudan Selatan.

Sudan telah mengumumkan keadaan darurat di sepanjang perbatasannya dengan Sudan Selatan.
Hal ini menandakan adanya upaya menuju perang besar-besaran sementara permusuhan terus meningkat antara kedua negara bertetangga itu.

Kantor berita Sudan SUNA melaporkan hari Minggu pengumuman itu memberi Khartoum wewenang yang lebih luas untuk menangkap dan mengadili para tersangka di daerah yang rawan itu, dan mengizinkan Presiden Omar al-Bashir dan siapapun yang memegang mandatnya untuk mendirikan pengadilan khusus guna menangani kasus kejahatan dan teror.

Keadaan darurat itu juga menghentikan berlakunya undang-undang dasar di daerah-daerah perbatasan dan mengenakan embargo perdagangan terhadap Sudan Selatan. Kedua negara mempunyai sengketa yang belum diselesaikan mengenai pemasukan dari minyak, garis perbatasan dan masalah kewarganegaraan.

Sudan Selatan mengatakan negara itu akan menarik semua polisi dari daerah Abyei yang disengketakan, Minggu (29/4).

Sebuah organisasi bantuan mengatakan orang-orang asing ditangkap oleh Sudan di daerah Heglig yang disengketakan ketika sedang membersihkan ranjau di daerah perbatasan, Minggu (29/4). Hal ini bertentangan dengan klaim Khartoum bahwa mereka mata-mata Selatan. Seorang warga Inggris, seorang Norwegia, seorang Afrika Selatan dan seorang warga Sudan Selatan ditangkap hari Sabtu di daerah penghasil minyak itu.