Setiap sore, para sukarelawan di Springfield, Virginia, berkumpul untuk mengoordinasikan dan mendistribusikan furnitur kepada pengungsi yang bermukim di daerah itu. Furnitur tersebut diperuntukkan bagi para pengungsi Afghanistan yang baru tiba.
LSM tersebut, Northern Virginia Resettling Afghan Families Together (RAFT) telah membantu para pengungsi di daerah itu selama bertahun-tahun.
Daniel Altman, pendiri RAFT, menjelaskan,“Jadi, begitu krisis dimulai pada bulan Agustus, kami juga merasa ngeri sekali seperti orang-orang lainnya. Kami mencoba mencari sesuatu yang positif yang dapat kami lakukan. Yang paling logis adalah lewat tetangga-tetangga kami, dan orang-orang di komunitas kami guna mencari cara terbaik untuk menyambut warga Afghanistan yang baru tiba di sini dari krisis.”
Zohra adalah satu dari puluhan ribu orang Afghanistan yang dievakuasi oleh AS sewaktu Kabul jatuh ke tangan Taliban. Ia kini tinggal di Virginia, dan para sukarelawan membantu mengisi perabotan di apartemen barunya.
Zohra mengatakan sebagian imigran harus tidur di lantai selama berhari-hari, dan bahkan berpekan-pekan. “Saya berada di pangkalan militer selama 55 hari, dan setelah itu saya tinggal di hotel. Sepekan kemudian saya menemukan tempat dan pindah ke apartemen kosong. Tetapi karena apartemen kami kosong sepenuhnya, saya mendekati organisasi ini, dan saya memberitahu mereka apartemen saya kosong, dan bertanya bisakah saya mendapatkan beberapa perabotan agar saya dapat membereskannya.”
Marjan Darab, sukarelawan dari Fresh Start, LSM yang dikelola warga Amerika keturunan Afghanistan mengatakan, “Ini adalah tugas pribadi bagi kami. Kami ingin menjalin hubungan dengan keluarga-keluarga dan orang-orang ini, dan mengenal mereka. Memberitahu mereka tentang komunitas kami di sini, di daerah Virginia Utara, sangat membantu. Kami ada di sini untuk mereka. Kami mendukung mereka.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sekitar 60 sukarelawan membantu melengkapi perabotan di sedikitnya dua apartemen per minggu. Sejumlah sukarelawan mencurahkan waktu lebih dari 40 jam setiap minggu untuk membantu para pengungsi yang baru tiba.
“Saya memulainya dengan memberi tumpangan mobil ke seorang perempuan muda, seorang remaja, untuk mengikut tes kefasihan bahasa Inggris untuk masuk SMA dan ini yang mendorong saya untuk melakukan sekitar 40 hingga 60 jam per minggu pekerjaan sebagai sukarelawan dengan mereka, semuanya, mulai dari memberi tumpangan atau furnitur yang dibutuhkan di apartemen mereka,” kata Julian Muller, sukarelawan dari sinagog lokal.
Para sukarelawan dari kedua LSM itu juga membantu orang-orang Afghanistan yang baru tiba untuk mendapatkan SIM, laptop untuk belajar bahasa Inggris dan mendaftarkan anak-anak mereka ke sekolah. [uh/ab]