Dosen senior Kesehatan Masyarakat University Of Derby, Inggris, Dono Widiatmoko mengatakan gelombang kedua penularan virus corona di berbagai negara berpeluang besar terjadi. Kata dia, hal ini dikarenakan masih ada orang-orang yang berpotensi tertular di kemudian hari. Karena itu, kata dia, sulit memprediksi penularan kasus corona akan berakhir di dunia, termasuk Indonesia.
"Misalkan Singapura, angkanya kan sudah menurun itu bisa naik kembali karena belum banyak orang yang terinfeksi. Inggris juga begitu, angkanya sudah mulai melandai angkanya, tapi mungkin naik lagi karena masih ada populasi yang rentan di situ," jelas Dono Widiatmoko, Senin (27/4) saat diskusi online "Ilmuwan Bicara, Kapan Pandemi Corona Berakhir?."
Sementara terkait peluang pasien corona untuk tertular kembali, Dono menjelaskan ilmuwan di dunia masih mempelajari kemungkinan tersebut. Namun, ia meyakini tubuh seseorang akan memiliki kekebalan terhadap corona. Hanya saja tingkat kekebalan setiap orang berbeda-beda.
Dono mengatakan sulit untuk memprediksi puncak kasus corona di Indonesia. Ia beralasan terlalu banyak faktor yang mempengaruhi pencegahan penularan virus corona di Indonesia,antara lain berhasil tidaknya pembatasan sosial di berbagai daearah dan penularan di luar pulau Jawa.
Ahli epidemiologi University of Otago New Zeland Panji Hadisoemarto menyayangkan belum ada pengetahuan baru terkait virus corona di Indonesia. Meskipun, kata dia, jumlah kasus di Indonesia telah mencapai 9 ribuan kasus positif. Menurutnya, Indonesia selama ini hanya menjadi pengamat kasus virus corona di negara lain, tanpa melakukan kajian sendiri.
"Apakah kita tahu tentang karakteristik klinis pasien-pasien, belum ada publikasi. Apakah kita tahu semenular apa virus di Indonesia belum ada publikasinya," tutur Panji.
Panji juga menyoroti pernyataan pemerintah yang menyebut kasus corona mulai menurun. Ia beralasan data yang disebut pemerintah tidak menggambarkan kasus corona di lapangan. Sebab, kata dia, data yang diumumkan pemerintah tersebut belum termasuk hasil dari pemeriksaan corona di berbagai daerah dalam waktu bersamaan. Di samping itu, sejumlah daerah juga kesulitan mengirimkan spesimen pasien ke laboratorium sehingga akan sulit memastikan sudah terjadi penurunan kasus corona atau tidak.
Sementara itu, ahli mitigasi bencana University Charles Darwin Australia Jonatan Lassa mengatakan Indonesia pada dasarnya memiliki keuntungan sebagai negara kepulauan karena itu bisa dengan mudah menerapkan karantina wilayah atau lock down. Namun, kata dia, pilihan tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah.
Ia juga mengkritisi ketidaktegasan pemerintah dalam penanganan kasus corona di Indonesia, termasuk mengenai karantina wilayah atau mudik menjelang lebaran.
"Masyarakat kita masih paternalistik harusnya bisa lebih baik mendengar pemimpin. Tapi dengan gesture komunikasi yang tidak tepat ini menjadi tidak efektif. Karena yang terjadi adalah ragu-ragu," kata Jonatan.
Your browser doesn’t support HTML5
Jonatan menambahkan penanganan kasus corona di Indonesia sebagian besar tertolong oleh gerakan masyarakat sipil di berbagai daerah sehingga penanganan yang kurang dari sisi pemerintah dapat tertutupi.
Pemerintah Indonesia mencatat jumlah korban meninggal akibat corona mencapai 765 orang per Senin (27/4), sementara yang sembuh mencapai 765 orang dan kasus positif sebanyak 9.096 orang. [sm/em]