Surabaya Gelar Acara Bersihkan Pantai dari Sampah Plastik

  • Petrus Riski

Sekitar 100 orang muda-mudi yang tergabung dalam "Global Peace Youth" Surabaya, melakukan aksi bersih pantai Kenjeran Surabaya yang banyak terdapat sampah plastik (Foto:VOA/Petrus Riski).

Sampah plastik masih menjadi masalah lingkungan serius di Surabaya. Sebuah organisasi pemuda melangsungkan kegiatan membersihkan pantai untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Seratus lebih muda-mudi dari berbagai kampus yang tergabung dalam Global Peace Youth (GPY) Surabaya, melakukan aksi bersih pantai Kenjeran, Surabaya. Aksi bersih pantai ini berhasil mengumpulkan ratusan kilo sampah plastik, pampers, serta kain bekas, yang tersangkut di bebatuan serta pasir pantai.

Koordinator Global Peace Youth (GPY) Surabaya, Dyan Wahyuning Tyas mengatakan, banyaknya sampah itu menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Ia mengatakan, ikan yang ditangkap nelayan di kawasan Kenjeran dan Bulak kemungkinan terkontaminasi sampah plastik serta limbah rumah tangga lainnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Surabaya Gelar Acara Bersihkan Pantai dari Sampah Plastik

“Yang lebih banyak itu sampah pampers dan plastik, jadi pampers tekstil itu termasuk banyak di sini. Mungkin ya karena di sini dekat dengan pembuangan, dan permukiman juga, jadi memudahkan orang-orang itu asal membuang saja. Dampaknya sendiri dari segi sumber daya alamnya juga ya, kan di sini banyak nelayan, takutnya itu ikan-ikan yang mereka tangkap itu tercemar sama sampah-sampah yang ada di sini, apalagi ini dekat dengan tempat pompa air pembuangan, kan? Jadinya itu yang mengkhawatirkan, ikan yang mereka konsumsi nantinya dan yang mereka jual,” jelasnya.

Sampah plastik nampak terdampar di pasir pantai Kenjeran, menjadi masalah bersama yang harus diselesaikan (Foto:VOA/ Petrus Riski).

Ketua Panitia "Beach Clean Up", Fahma Safin Alhusna mengatakan, meski Surabaya dikenal sebagai kota Adipura, ada beberapa kawasan yang masih butuh perhatian pemerintah kota, salah satunya pantai Kenjeran. Kawasan ini kata Fahma, seharusnya dapat dijaga kebersihannya oleh seluruh lapisan masyarakat, dengan tidak dijadikan sebagai tempat membuang sampah.

“Pantai Kenjeran ini tidak semuanya bersih, ada beberapa bagian yang sayang kalau misalnya kotor, ini kan bagus buat tempat berfoto, terus di sebelah sana juga banyak tenant-tenant. Untuk lebih menikmati pantai ini ya, alangkah lebih baiknya apabila kita membersihkan daerah yang ini, karena daerah yang ini sering sekali dibuang sampah di sini, orang-orang, masyarakat itu masih sering ada yang buang sampah di sini,” jelas Fahma Safin Alhusna.

Fahma menyebut, masih kotornya pantai Kenjeran disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Menurutnya, sebagai pantai yang dekat dengan Jembatan Suramadu, masyarakat seharusnya menjadikan tempat ini obyek wisata yang mampu mendatangkan nilai ekonomi.

Para relawan memunguti sampah plastik yang banyak berserakan di pantai Kenjeran sisi timur Jembatan Suramadu (Foto:VOA/ Petrus Riski).

“Prihatin banget ya apalagi kita yang asli Surabaya sendiri itu lihat pantai kita itu pasti miris, pasti kita itu mirisnya karena kurang sadarnya orang-orang sekitar terhadap sampah, terhadap lingkungan kita, jadi mereka itu karena kurang kesadaran akhirnya sampah itu asal dibuang sembarangan, sedangkan lingkungan kan sebaiknya kita jaga bukan asal kita membuang sampah sembarangan, yang mana pantai ini kan bisa jadi obyek wisata, kenapa tidak kita lindungi, kenapa kita tidak jaga sama-sama biar bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar juga,” imbuhnya.

Dyan menambahkan, aksi bersih pantai seperti ini harus sering dilakukan, agar masyarakat tergerak untuk ikut menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan pantai.

“Acara seperti ini harus sering-sering terjadi ya, untuk kelangsungan pantai kita juga. Perlunya kesadaran dari masyarakat sekitar, jadi mereka harusnya lebih, oh iya ya kita perlu untuk membersihkan pantai-pantai kita untuk kita sendiri, dan untuk masyarakat di sekitar kita,” kata Dyan Wahyuning Tyas. [pr/ab]