Surabaya Waspadai Peredaran Uang Palsu Jelang Lebaran

  • Petrus Riski

Pemeriksaan dan peringatan penukaran uang di pinggir jalan Surabaya untuk menghindari perdagangan uang palsu. (VOA/Petrus Riski)

Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya bersama Bank Indonesia mengimbau masyarakat berhati-hati menukarkan uang di pinggir jalan karena rawan uang palsu.
Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya meminta masyarakat waspada terhadap peredaran uang palsu yang seringkali terjadi pada bulan puasa Ramadan atau menjelang hari raya Idul Fitri.

Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Komisaris Besar Polisi Setija Junianta mengatakan, peredaran uang palsu sering ditemui pada penukaran uang di pinggir jalan. Pengamanan akan dilakukan untuk mengantisipasi tindak kejahatan penipuan, perampokan maupun peredaran uang palsu, meski penukaran uang di pinggir jalan tidak dapat dilarang, ujarnya.

“Ya sementara kan memang belum ada larangan, dan kita imbau saja supaya tidak mengganggu arus lalu lintas. Tentunya juga kita akan memberikan keamanan juga kepada mereka jangan sampai sebagai korban daripada perampokan dan lain sebagainya,” ujar Setija.

Bank Indonesia menyatakan telah menyiapkan sekitar 500 tempat penukaran uang pecahan kecil, pada bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat di seluruh wilayah Jawa Timur, agar masyarakat dapat menukarkan uang dengan aman dan nyaman.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah IV Jawa Timur, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, masyarakat diminta tidak melakukan penukaran uang di pinggir jalan, agar tidak menjadi korban peredaran uang palsu.

“Kita coba untuk meminimalisir dengan cara tadi, jadi penukaran uang kita lakukan di perbankan. Di sana sudah tersedia pengaman uang, sehingga kalau kita bandingkan dengan dulu itu kan sudah jauh berkurang,” ujarnya.

Entah karena kekhawatiran masyarakat terhadap uang palsu atau situasi ekonomi, Romli, warga Surabaya yang menjalani bisnis penukaran uang kertas baru pecahan kecil, mengatakan pendapatannya berkurang dibandingkan Lebaran tahun-tahun sebelumnya.

Untuk uang kertas baru pecahan kecil senilai Rp 100.000, dirinya mendapat untung sekitar Rp 10.000.

“Sepi mas sekarang mas, ya gak tahu bank-bank buka (layanan penukaran) semua. Kadang tiga, kadang empat orang (sehari), ya gak mesti. Takbiran (malam Lebaran) itu banyak. Rahun kemarin saya dapat (untung) 5 juta rupiah,” ujarnya.