Pemerintah Suriah dan beberapa kelompok pemberontak telah menyepakati gencatan senjata nasional mulai Jumat (29/12).
Seperti perjanjian sebelumnya, perjanjian itu berlaku bagi militer Suriah dan para pemberontak, tetapi belum tentu berlaku bagi kelompok-kelompok Islamis tertentu.
Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan Turki, yang mendukung para kelompok pemberontak, mengatakan akan menjamin gencatan itu.
Gencatan senjata itu disepakati setelah Turki, Suriah dan Rusia pekan lalu mengatakan siap menengahi sebuah perjanjian perdamaian dalam perang yang telah berlangsung enam tahun.
Apabila gencatan senjata itu bertahan, akan disusul dengan perundingan-perundingan perdamaian baru bulan depan di ibukota Kazakhstan, Astana.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut usulan gencatan senjata itu “rentan” tetapi mengatakan mendapat dukungan dari pemerintah Suriah dan “kekuatan-kekuatan utama dari oposisi yang bersenjata.”
“Perjanjian-perjanjian yang telah dicapai itu jelas rentan dan perlu perhatian khusus dan dikawal agar berhasil. Meski demikian itu merupakan hasil yang baik bagi upaya kita bersama,” kata Putin kepada beberapa menteri pemerintah hari Kamis. (vm/isa)
Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan Turki, yang mendukung para kelompok pemberontak, mengatakan akan menjamin gencatan itu.