Pemerintah Suriah membantah bahwa pihaknya telah menggunakan tank dan helikopter untuk menyerang warga desa Tremseh di propinsi Hama hari Kamis lalu.
Tim pemantau sipil dan militer PBB hari Minggu memasuki Tremseh untuk kedua kalinya dalam dua hari berturut-turut guna memverifikasi beberapa laporan tentang operasi militer di desa itu. Hari Sabtu misi pengawas PBB yang dikenal dengan singkatan UNSMIS memastikan bahwa sebuah serangan yang menggunakan berbagai jenis senjata, termasuk artileri, mortir dan senjata ringan, telah terjadi.
Dalam konferensi pers di Damaskus hari Minggu juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Makdissi, membantah bahwa tentara telah menggunakan tank, helikopter, dan senjata berat untuk menyerang kota itu.
Jihad Makdissi mengatakan memang ada pembantaian. Apa yang terjadi, katanya, bukanlah serangan oleh tentara terhadap warga sipil tak bersalah, tetapi bentrokan antara pasukan biasa dan kelompok-kelompok bersenjata.
Juru bicara UNSMIS Sausan Ghosheh mengatakan, tim pemantau hanya melaporkan apa yang mereka lihat dan verifikasi.
“Ketika kami tiba di Tremseh, apa yang kami lihat adalah sebuah serangan yang tampaknya menarget kelompok-kelompok khusus dan rumah-rumah, terutama milik para tentara pembelot dan aktivis. Bagaimana peristiwa itu mulai terjadi dan siapa yang memulai semuanya masih merupakan hal yang belum bisa kita verifikasi sekarang,” paparnya.
Kepala misi PBB di Suriah Mayor Jendral Robert Mood hari Jum’at mengatakan, salah seorang anggota timnya yang ditempatkan di luar Tremseh memastikan beberapa helikopter beraksi dan kehadiran pasukan Suriah di beberapa posko pemerintah di dekat desa itu.
Keesokan harinya, setelah kepastian gencatan senjata, sekelompok tim pemantau PBB memasuki desa itu terlebih dahulu di mana mereka melaporkan melihat genangan-genangan dan dan percikan darah di ruangan beberapa rumah serta selongsong-selongsong peluru. Mereka juga melihat sebuah sekolah yang terbakar dan rumah-rumah yang hancur di mana lima diantaranya memperlihatkan kebakaran yang berasal dari dalam rumah. Misi PBB masih berusaha memastikan jumlah korban tewas.
Seorang juru bicara bagi utusan khusus PBB-Liga Arab Kofi Annan mengatakan akan terbang ke Moskow hari Minggu untuk melakukan pertemuan selama dua hari dengan Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Rusia telah berulangkali memblokir tindakan keras terhadap Suriah di Dewan Keamanan PBB dan baru-baru ini menyampaikan rencana resolusi yang akan memperpanjang misi pemantau PBB selama tiga bulan mendatang, tetapi tidak menghiraukan desakan Barat untuk memberlakukan sanksi jika salah satu pihak menghambat misi tersebut atau gagal menghentikan pertempuran.
Para aktivis mengatakan aksi kekerasan Suriah selama 16 bulan terakhir ini telah menewaskan sekitar 16.000 orang. PBB berhenti menghitung korban tewas beberapa bulan lalu. Dengan begitu sedikitnya wartawan independen yang diijinkan masuk ke negara itu sulit memverifikasi laporan-laporan tersebut.
Dalam konferensi pers di Damaskus hari Minggu juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah, Jihad Makdissi, membantah bahwa tentara telah menggunakan tank, helikopter, dan senjata berat untuk menyerang kota itu.
Jihad Makdissi mengatakan memang ada pembantaian. Apa yang terjadi, katanya, bukanlah serangan oleh tentara terhadap warga sipil tak bersalah, tetapi bentrokan antara pasukan biasa dan kelompok-kelompok bersenjata.
Juru bicara UNSMIS Sausan Ghosheh mengatakan, tim pemantau hanya melaporkan apa yang mereka lihat dan verifikasi.
“Ketika kami tiba di Tremseh, apa yang kami lihat adalah sebuah serangan yang tampaknya menarget kelompok-kelompok khusus dan rumah-rumah, terutama milik para tentara pembelot dan aktivis. Bagaimana peristiwa itu mulai terjadi dan siapa yang memulai semuanya masih merupakan hal yang belum bisa kita verifikasi sekarang,” paparnya.
Kepala misi PBB di Suriah Mayor Jendral Robert Mood hari Jum’at mengatakan, salah seorang anggota timnya yang ditempatkan di luar Tremseh memastikan beberapa helikopter beraksi dan kehadiran pasukan Suriah di beberapa posko pemerintah di dekat desa itu.
Keesokan harinya, setelah kepastian gencatan senjata, sekelompok tim pemantau PBB memasuki desa itu terlebih dahulu di mana mereka melaporkan melihat genangan-genangan dan dan percikan darah di ruangan beberapa rumah serta selongsong-selongsong peluru. Mereka juga melihat sebuah sekolah yang terbakar dan rumah-rumah yang hancur di mana lima diantaranya memperlihatkan kebakaran yang berasal dari dalam rumah. Misi PBB masih berusaha memastikan jumlah korban tewas.
Seorang juru bicara bagi utusan khusus PBB-Liga Arab Kofi Annan mengatakan akan terbang ke Moskow hari Minggu untuk melakukan pertemuan selama dua hari dengan Presiden Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov.
Rusia telah berulangkali memblokir tindakan keras terhadap Suriah di Dewan Keamanan PBB dan baru-baru ini menyampaikan rencana resolusi yang akan memperpanjang misi pemantau PBB selama tiga bulan mendatang, tetapi tidak menghiraukan desakan Barat untuk memberlakukan sanksi jika salah satu pihak menghambat misi tersebut atau gagal menghentikan pertempuran.
Para aktivis mengatakan aksi kekerasan Suriah selama 16 bulan terakhir ini telah menewaskan sekitar 16.000 orang. PBB berhenti menghitung korban tewas beberapa bulan lalu. Dengan begitu sedikitnya wartawan independen yang diijinkan masuk ke negara itu sulit memverifikasi laporan-laporan tersebut.