Suriah Jadi Agenda Utama Pembicaraan Trump-Lavrov

  • Peter Heinlein

Menlu AS Rex Tillerson (kanan) bersama Menlu Rusia Sergey Lavrov di Kantor Deplu AS di Washington DC, 10 Mei 2017. (AP Photo/Carolyn Kaster)

Suriah menjadi agenda utama pembicaraan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan Presiden AS Donald Trump serta Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, Rabu (10/5). Namun sebagaimana dilaporkan Reporter VOA Peter Heinlein dari Gedung Putih, pertemuan itu juga membahas beberapa masalah dunia yang sedang hangat sekarang ini.

Pada kesempatan berfoto bersama dengan mantan Menteri Luar Negeri Henry Kissinger, Presiden Donald Trump berbicara mengenai kehangatan pembicaraannya dengan diplomat tertinggi Kremlin, Sergei Lavrov.

"Pertemuan saya dengan Lavrov berlangsung sangat baik. Saya kira sangat, sangat baik," kata Presiden Trump.

Satu hari setelah memecat Direktur Biro Penyelidik Federal (FBI) yang melakukan penyelidikan mengenai hubungan kubu kampanye kepresidenannya pada tahun 2016 dengan Moskow, Trump mengatakan, dialog AS-Rusia membuahkan harapan akan terciptanya kemajuan dalam mengatasi konflik di Suriah.

"Saya kira dialog kami mengenai Suriah berlangsung sangat baik. Saya kira segala sesuatunya berlangsung sangat positif. Kita akan menghentikan pembunuhan dan kematian,” lanjutnya.

Trump tidak merinci lebih jauh, namun Lavrov mengungkapkan penilaiannya mengenai pembicaraan tersebut yang memberi harapan.

"Kami membahas Suriah secara rinci, dalam hal-hal gagasan-gagasan yang telah diajukan menyangkut pembentukan zona-zona de-eskalasi. Ini akan menjadi langkah yang membantu menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan,” jelas Larov.

Sebuah pernyataan singkat dari Gedung Putih menyebutkan, presiden Trump menegaskan perlunya Rusia berbuat lebih banyak untuk menyelesaikan konflik di Suriah dan Ukraina.

Menurut Steven Pifer, pakar masalah Rusia dari Brookings Institution, pertemuan bernada positif ini tidak bisa menyembunyikan kondisi hubungan Washington-Moskow secara keseluruhan.

"Mengenai Suriah, tampaknya masih ada sejumlah perbedaan besar. Gedung Putih meminta Lavrov mengontrol Assad, pemimpin Suriah, dan juga mengontrol Iran dan pihak berwenang Iran. Saya kira, itu cenderung tidak akan dilakukan Rusia. Jadi tampaknya memang ada keinginan untuk mencari cara memperbaiki hubungan, namun masih ada rintangan sangat besar untuk mewujudkannya, termasuk mengenai situasi di Ukraina,” kata Steven Pifer.

Pada konperensi persnya, Lavrov mengolok-olok tudingan bahwa Rusia mencampuri pemilu prsiden AS tahun lalu, dan menyebunya informasi palsu yang memalukan rakyat Amerika.

"Saya yakin para politisi itu sedang merusak sistem politik AS, berusaha berpura-pura bahwa ada pihak luar yang mengontrol Amerika,” lanjut Lavrov.

Sebelumnya Rabu (10/5), ketika bertemu Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, Lavrov berpura-pura belum mendengar berita mengenai pemecatan Direktur FBI James Comey. "Ia dipecat? Kamu pasti bercanda.” [ab]