Rabu ini juga (10/5), Menlu Rusia Sergei Lavrov akan bertemu Presiden Donald Trump di Gedung Putih. Ini akan merupakan kujungan pertama Lavrov ke Washington sejak 2013.
Tillerson dan Lavrov bertemu di Moskow bulan lalu, di tengah-tengah ketegangan mengenai pemboman AS terhadap sebuah pangkalan udara Suriah setelah muncul dugaan bahwa pasukan Suriah melakukan serangan kimia terhadap warga sipil, termasuk anak-anak.
Mantan Dubes AS Alexander Vershbow, yang kini bekerja di lembaga riset Atlantic Council, mengatakan kepada VOA, kedua menteri itu diperkirakan akan berusaha mencari titik temu. Vershbow mengatakan, menyangkut Suriah, kedua negara memiliki kesamaan pandangan yakni mengakhiri perang saudara dan memungkinkan terciptanya pemerintahan baru yang bisa diterima semua rakyat Suriah. Namun, menurutnya, dalam mewujudkannya, kedua negara mengambil jalan yang berbeda.
Ia mengatakan, salah satu masalah besar yang menjadi perselisihan adalah apakah masa depan Suriah akan melibatkan Presiden Bashar al-Assad, yang menurut AS dan kebanyakan negara seharusnya mundur, namun menurut Rusia justru harus dipertahankan.
Hal lain yang menjadi masalah adalah kesepakatan pembentukan zona-zona aman bagi warga sipil di Suriah (zona deskalasi) yang disepakati Rusia, Iran dan Turki di Astana, Kazakhstan, pekan lalu. AS hanya mengirim seorang utusan ke pertemuan itu sebagai pengamat. Tillerson diperkirakan ingin tahu lebih lanjut mengenai pembentukan zona-zona aman itu.
Sejumlah legislator demokrat mengatakan mereka sangat prihatin dengan penyelidikan mengenai dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu presiden tahun 2016 lalu. Senator Ben Cardin dari Partai Demokrat mengatakan, ia ingin Tillerson menyampaikan keprihatianan tersebut ke Lavrov. [ab/as]