Suriah dan Rusia sekali lagi membantah tuduhan bahwa pesawat-pesawat tempur Suriah menjatuhkan bom kimia di sebuah kota yang dikuasai pemberontak di Suriah utara pekan ini.
Menlu Suriah Walid Moallem mengatakan kepada wartawan di Damaskus, Kamis (6/4), negaranya tidak menggunakan senjata semacam itu dalam serangan udara terhadap Khan Sheikhoun, dan tidak akan pernah menggunakannya, bahkan terhadap teroris.
Serangan itu menewaskan hampir 100 orang dan menyebabkan lebih dari 350 lainnya jatuh sakit, termasuk sejumlah anak. Banyak kecaman dilontarkan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad dan Rusia, sekutu dekat Suriah. Moallem mengulang penjelasan Rusia bahwa seragan udara itu menghantam gudang penyimpanan senjata kimia yang dikontrol pemberontak.
Menteri Kehakiman Turki Bekir Bozdag mengatakan kepada wartawan di Ankara, hasil otopsi terhadap tiga warga Suriah yang menjadi korban tewas menunjukkan, mereka meninggal akibat ketereksposan terhadap senjata kimia.
Ketiganya termasuk paling sedikit 30 orang yang dilarikan ke Turki untuk mendapat pengobatan. Bozdag mengatakan kepada wartawan, otopsi dilakukan para pejabat dari WHO di Adana, Rabu malam.
Moallem menuntut agar penyelidikan terhadap pemboman itu tidak dipolitisasi, dan dimulai di Damaskus, bukan Ankara.
Di Moskow, juru bicara presiden Dmitry Peskov mendesak masyrakat internasional untuk tidak tergesa menuding Suriah. Ia mengatakan tidak ada informasi obyektif yang membuktikan tuduhan itu.
Pada sebuah konperensi pers di Gedung Putih, Rabu, bersana Raja Yordania Abdullah, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggambarkan serangan itu “serangan terhadap kemanusiaan dan tidak bisa ditoleransi.” [ab/lt]