Sebuah survei memperoleh temuan, Amerika adalah pemasok senjata api berukuran kecil yang terbesar di dunia, dalam sebuah industri bernilai miliaran dolar; disusul oleh Italia, Brazil, Jerman dan Korea Selatan. Wartawan VOA Lisa Schlein melaporkan hasil survei berjudul “Trade Update 2017: Out of the Shadows” itu.
Survei mengatakan pada tahun 2014, perdagangan senjata api resmi di dunia mencapai sedikitnya enam miliar dolar, atau 200 juta dolar lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Survei itu menunjukkan Amerika membeli lebih sedikit senjata api berukuran kecil pada tahun 2013, ketika tingkat pembeliannya menurun dari 2,5 miliar dolar menjadi 2,2 miliar dolar. Meskipun demikian Amerika masih tetap menjadi pengimpor senjata api berukuran kecil yang terbesar di dunia; diikuti oleh Kanada, Indonesia, Arab Saudi dan Jerman.
Amerika juga menjadi penjual senjata api berukuran kecil yang terbesar, dengan nilai ekspor mencapai 1,1 miliar dolar pada tahun 2014.
Laporan itu menyoroti peran penjual senjata api berukuran kecil yang paling tidak transparan. Iran, Israel, Korea Utara, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mendapat nilai terendah dalam indeks transparansi eksportir pada survei tersebut.
Israel – untuk pertama kalinya – memperoleh nilai nol dalam indeks transparansi tersebut, sementara Korea Utara secara konsisten gagal dalam uji transparansi itu. Peneliti laporan itu memperingatkan bahwa sifat bisnis atau perdagangan senjata api berukuran kecil secara rahasia telah meningkatkan kemungkinan jatuhnya senjata api berukuran kecil itu ke tangan pihak yang salah, dan membantu memicu konflik dan ketidakstabilan.
Peneliti senior “Small Arms Survey” Paul Holtom mengatakan pada VOA, sulit mengetahui siapa yang menerima senjata api berukuran kecil dan amunisi dari tempat-tempat seperti Korea Utara.
“Salah satu asumsinya, pembeli dari Korea Utara pada tahun 1980an, adalah pembeli pada tahun 1990an. Panel pakar PBB memantau sanksi terhadap Korea Utara dan menyoroti adanya sejumlah negara di sub-sahara Afrika yang menerima bantuan. Yang saya tahu, saat ini ada penyelidikan terhadap Namibia, juga produksi senjata api yang kecil untuk Uganda, Eritrea dan Republik Demokratik Kongo,” kata Holtom.
Kalau ditinjau trend di kawasan, survei itu memperoleh temuan, antara tahun 2001 dan 2004, Amerika tercatat memasok 40% impor senjata api berukuran kecil, disusul Eropa, Asia dan Pasifik, serta Afrika.
Sementara kawasan Afrika hanya mengimpor 4% senjata berukuran kecil, survei itu mencatat bahwa omset perdagangan senjata kecil disana meningkat tiga kali lipat, dari 82 juta dolar menjadi 237 juta dolar selama kurun 13 tahun. [em/jm]