Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan hasil simulasi tiga nama bakal calon presiden menunjukkan elektabilitas Ganjar Pranowo bertengger di angka tertinggi dibandingkan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Angka elektabilitas Ganjar mencapai 35,2 persen dibandingkan Prabowo yang hanya 33,2 persen. Adapun Anies Baswedan hanya memperoleh 23,9 persen. Namun, dalam simulasi dua nama, Prabowo jauh lebih unggul dibandingkan dengan Ganjar dengan angka 47 persen vs 39,6 persen.
Hasil ini terlihat dari survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan pada 15-21 Juli 2023, melibatkan 1.811 responden dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan toleransi kesalahan kurang lebih 2,35 persen.
"Jadi tiga nama ini. Dari data tren terlihat elektabilitas capres naik turun, fluktuatif, dinamis. Jadi pilihan publik sudah seperti iman," jelas Burhanuddin Muhtadi secara daring, Jumat (19/8).
Adapun nama Anies Baswedan konsisten lebih rendah dalam simulasi dua nama, baik berhadapan dengan Prabowo maupun Ganjar. Dengan Prabowo, Anies memperoleh 33,5 persen berbanding 51,2 persen. Sedangkan dengan Ganjar, Anies mendapat 37,1 persen berbanding 48,3 persen.
Namun demikian, dalam simulasi tiga pasangan bakal capres-cawapres, nama Ganjar Pranowo menggungguli dua pasangan lain dengan sejumlah nama. Antara lain Ganjar-Sandi mampu memperoleh 34,1 persen unggul dari pasangan Prabowo-Erick (33,9 persen), dan Anies-Agus Harimurti Yudhoyono (23,4 persen).
"Kalau tiga nama, tadi Ganjar simulasi sendiri unggul kurang lebih dua persen. Tapi kalau Ganjar-Sandi dan Prabowo-Erick, itu selisihnya lebih tipis kalau pilih Erick Thohir," tambahnya.
Hasil survei juga menunjukkan basis partai memiliki efek yang kuat terhadap dukungan capres. Basis partai-partai koalisi secara umum cenderung mendukung calon yang diusulkan partai. Basis Gerindra paling solid mendukung capres yang diusulkan partai, disusul PDIP, PKS dan Nasdem.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar, Ujang Komarudin, menilai keterkaitan dukungan kepada calon presiden dengan dukungan terhadap parpol pendukung masih belum dapat dipastikan. Menurutnya, hal tersebut bergantung kepada kerja keras masing-masing parpol untuk memastikan dukungan ke capres sekaligus ke parpol dalam Pemilu 2024.
"Tapi kalau parpol mengusung capres tertentu di bawah tidak bisa mengkonsolidasikan diri, tidak bisa memobilisasi mengatur konstituennya atau para pendukung ya agak sulit," ujar Ujang kepada VOA, Sabtu (19/8).
Karena itu, Ujang berpandangan dukungan pemilih ke capres tertentu belum tentu akan berbanding lurus dengan dukungan ke partai politik. Semisal pemilih yang mendukung Prabowo belum tentu akan memilih Gerindra, atau sebaliknya pemilih Ganjar belum pasti memilih PDI Perjuangan. Selain itu, kata dia, setiap warga negara memiliki hak masing-masing dalam memilih dan dijamin kerahasiannya. [sm/ah]