Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan, memaparkan hasil surveinya terkait dengan simulasi pemilih untuk Pilkada Sumatra Utara (Sumut) 2024 jika hanya diikuti oleh dua kandidat yaitu Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi.
Menurut survei itu, sebanyak 61,3 persen responden memilih Bobby, 30,6 persen responden memilih Edy, dan sisanya, 8,1 persen responden, tidak menjawab.
Survei itu dilakukan secara tatap muka pada 7-17 Juli 2024 di wilayah Sumut. Jumlah respondennya 800 orang dengan toleransi kesalahan (margin of error) lebih kurang 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
“Kalau situasinya seperti sekarang maka Bobby bisamemenangkan pertarungan kalau hanya duakandidat Bobby lawan Edy dalam situasi sekarang,” jelas Djayadi secara daring, Minggu (28/7).
Bobby tidak hanya unggul saat simulisasi pilkada dengan dua kandidat. Ia juga unggul dalam simulasi top of mind calon gubernur yang dilakukan oleh LSI. Simulasi top of mind menunjukkan Bobby memperoleh 34,2 persen suara, sementara Edy 15,1 persen.
“Untuk sementara yang unggul adalah Bobby dengan 34,2 persen. Disusul oleh Edy Rahmayadi dengan 15,1 persen. Nama-nama lain itu masih di bawah 10 persen. Ada dua nama utama yang memang memuncaki pertarungan, yaitu Bobby Nasution dan Edy Rahmayadi,” kata Djayadi.
BACA JUGA: PDI-P dan PSI: Main Dua Kaki di Keluarga JokowiKendati demikian,menurutnya, popularitas Edy masih di atas Bobby. Sekitar 91 persen responden mengaku kenal Edy dengan tingkat kesukaan 68 persen.
“Bobby itu juga hampir seluruh masyarakat Sumut sudah kenal di angka 88 persen responden, tapi tingkat kesukaannya di angka 82,2 persen,” ucap Djayadi.
Sementara itu politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Djarot Saiful Hidayat, mengatakan survei itu masih bersifat dinamis lantaran pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk pilkada serentak belum dibuka.
Your browser doesn’t support HTML5
“Jadi semuanya bisa memungkinkan terjadi. Ini lebih awal karena belum ada calon yang benar-benar fixed untuk bisa mendaftar ke Komisi PemilihanUmum (KPU),” katanya.
Djarot menilai hasil survei itu bisa menjadi alat untuk meningkatkan atau menjatuhkan calon tertentu yang menjadi kontestan di pilkada.
“Survei ini juga bisa digunakan oleh siapa pun juga dalam rangka untuk meng-upgrade dan men-downgrade calon tertentu. Survei juga bisa digunakan oleh seseorang untuk menggiring opini pada calon tertentu. Jadi (hasil survei) membuka berbagai peluang itu,” ujarnya.
Djarot menjelaskan, jika pemilih di Sumut memiliki hal menarik. Menurutnya, masyarakat di Sumut kerap mengubah pilihannya menjelang hari pencoblosan sehingga berpotensi membuka peluang terjadinya politik uang dan politisasi bantuan sosial (bansos).
“Jadi ini yang perlu diwaspadai. Ini sebenarnya titik kritis, di mana itu membuka peluang terjadinya politik uang atau politisasi bansos. Ini perlu harus diwaspadai oleh semuanya terjadinya peluang politik uang dan politisasi bansos, termasuk terjadinya peluang abuse of power untuk bisa menggiring pemilih yang belum menentukan pilihan,” jelas Djarot.
Sementara itu pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara (UMSU), Shohibul Anshor Siregar, mengatakan Pilkada Sumutdiprediksi bakal hanya diikuti oleh dua pasang calon gubernur dan wakil gubernur. Dengan kata lain, Edy Rahmayadi yang merupakan petahana akanbersaing dengan Bobby Nasution di Pilkada Sumut.
“Saya rasa itu head to head antara Edy Rahmayadi dengan Bobby Nasution,” katanya kepada VOA.
Saat ini Bobby Nasution telah diusung oleh ‘super koalisi’ yaitu Partai Gerindra, Golkar, NasDem, PartaiAmanat Nasional (PAN), Demokrat, dan PartaiKebangkitan Bangsa (PKB). Meskipun KPU belummembuka pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur, Bobby berpeluang besar bakal didampingioleh kader Partai Golkar sekaligus Bupati Asahan, Surya.
Sementara itu PDIP dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) belum menentukan sosok yang bakal diusung oleh kedua partai yang berpotensi kuat akan berkoalisi itu. Namun, Shohibul menilai Edy Rahmayadi bakal diusung oleh PDIP dan PKS di Pilkada Sumut.
“Kedua partai itu masih belum mengajukan calon, tapi di antara tokoh-tokoh yang mengajukan diri kePDIP dan PKS adalah Edy Ramayadi yang paling unggul untuk diusung,” pungkasnya. [aa/ab]