Survei: Secara Global, Biden Raih Penilaian Lebih Tinggi Dibandingkan Trump

Data survei baru dari Pusat Penelitian Pew menunjukkan Presiden AS Joe Biden menerima lebih banyak penilaian positif secara global dibandingkan mantan Presiden Donald Trump.

Survei tersebut, yang dilakukan dari 5 Januari hingga 21 Mei, mensurvei 40.566 orang di 34 negara dan tidak mencakup AS, menunjukkan 43% responden menilai Biden akan “melakukan hal tepat untuk dunia” dibandingkan dengan 28% responden yang menilai Trump dapat berbuat hal serupa.

Sementara responden di 24 negara lebih percaya kepada Biden dibandingkan Trump, namun hasil berbeda terjadi di Hungaria dan Tunisia di mana mantan presiden itu memimpin penilaian. Kedua kandidat presiden AS pada pemilihan November mendatang tersebut mendapatkan kepercayaan yang tinggi dalam penilaian di antara responden di Filipina, dengan Biden meraih 77% sementara Trump meraih 68%.

Tetapi popularitas Biden telah menurun sejak tahun lalu. Empat belas dari 21 negara memberi Biden nilai lebih rendah pada tahun ini dibandingkan pada 2023.

BACA JUGA: Perbedaan Tajam Kandidat Presiden AS soal Hak-Hak LGBTQ

Beberapa dari penilaian paling negatif terhadap dirinya terkait dengan perang Israel–Hamas di Gaza. Rata-rata hasil penilaian di 34 negara menunjukkan penolakan sebesar 57% terhadap Biden dalam hal menangani perang yang berlangsung saat ini. Menurut Pew, survei dilakukan sebelum Biden mengumumkan proposalnya untuk mengakhiri perang.

Data juga menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih percaya terhadap Trump dibandingkan dengan perempuan di beberapa negara yang disurvei. Namun, laporan itu mencatat, "Perempuan cenderung tidak menjawab sama sekali pertanyaan terkait dibandingkan dengan laki-laki."

Tren popularitas menurun untuk kedua tokoh politik itu tampaknya terjadi seiring dengan menurunnya kepercayaan terhadap AS sebagai teladan dari negara demokrasi.

Dari semua negara yang disurvei, sekitar empat dari 10 responden percaya bahwa walaupun sebelumnya AS merupakan contoh dari negara demokrasi secara global, sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi, ungkap laporan itu. [jm/ka/rs]