Dunia bisa membantu Indonesia memberantas isu penangkapan ikan secara ilegal, yang tidak dilaporkan dan tidak diatur – atau kini dikenal sebagai “IUU fishing” – dengan berbagai cara, antara lain memonitor dan menyelidiki tindak pelanggaran di wilayah perairan Indonesia.
Hal ini disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan KKP Susi Pudjiastuti dalam diskusi bersama sejumlah pakar dan peneliti dari berbagai badan di Amerika, di Stimson Center, Washington DC, Jum'at pagi (12/5).
“Indonesia sudah berupaya keras meningkatkan kapabilitas untuk memberantas IUU fishing. Saya sudah meminta Jepang membantu kami karena mereka punya radar-radar canggih di pantai. Amerika juga bisa membantu kami untuk melindungi wilayah perairan kami karena Amerika punya NOAA (National Oceanic & Atmospheric Administration) dengan satelit dan sistem pemantauan, dan bahkan bisa membantu kami dalam penyelidikan,” ujar Susi Pudjiastuti dalam diskusi itu.
Ditambahkannya, “Saya percaya jika mereka (pelaku IUU fishing) tahu bahwa kami meningkatkan pengawasan dan mengamati mereka dengan seksama di laut, mereka tidak berani melakukannya. Kami sudah melakukan itu, tetapi belum secepat yang dilakukan negara-negara lain,” ujar Susi Pudjiastuti.
Susi Akui Kebijakannya Kerap Diserang
Dalam diskusi selama 1,5 jam itu, Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa selain bekerjasama dengan berbagai badan dunia – termasuk Interpol – ia juga sudah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengatur dengan sangat rinci hal-hal seperti dimana dan berapa luas daerah tangkapan ikan yang diperkenankan, berapa banyak dan apa jenis kapal yang bisa dipergunakan, alat tangkap apa yang bisa dipakai, dll.
Ini termuat dalam berbagai kebijakan penangkapan ikan ilegal, kebijakan yang melarang penangkapan lobster/kepiting dan rajungan ukuran tertentu, kebijakan yang melarang penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan lain-lain. Tetapi penerapannya tidak mudah karena perikanan merupakan bisnis yang sangat menguntungkan sehingga menggiurkan banyak kalangan.
“Ini bisnis yang sangat menguntungkan dan menggiurkan banyak kalangan sehingga mereka (para pelaku penangkapan ikan secara ilegal) akan melakukan apapun supaya bisnis mereka jalan terus. Kini mereka masuk ke dalam komunitas bisnis dan politik sehingga bisa mempengaruhi kebijakan. Mereka memutarbalikkan keberhasilan yang dicapai KKP dan mencari celah dari kebijakan yang kami keluarkan. Tak jarang mereka menyerang saya secara pribadi. Mereka menggunakan media untuk melakukan kampanye negatif ini,” ujar Susi Pudjiastuti.
Ditambahkannya, betapa ia merasa beruntung karena mendapat dukungan presiden. Tetapi belum tentu negara lain yang menghadapi tantangan serupa mendapat dukungan seperti dirinya.
“Saya mudah saja menjalankan kebijakan ini karena Presiden Jokowi mendukung dan menyetujui kebijakan-kebijakan yang diusulkan. Tetapi bagi negara lain mungkin sulit. Mengapa? Karena ini adalah bisnis yang sangat menguntungkan dan membuat banyak orang tergiur dan melakukan berbagai cara supaya bisa tetap jalan terus.”
Susi Pudjiastuti Terima “Peter Benchley Ocean Awards” untuk Kerja Kerasnya
Susi Pudjiastuti berada di Washington DC untuk menerima penghargaan maritim tertinggi di dunia “Peter Benchley Ocean Awards”, yang diberikan kepadanya dalam sebuah upacara di Smithsonian Natural Museum of Natural History, Kamis malam(11/5). Seluruh hadirin acara itu berdiri sambil bertepuk tangan ketika Susi menerima penghargaan untuk kategori kepemimpinan. Susi menerima penghargaan itu bersama sembilan tokoh/badan lain yang dipilih lewat sebuah evaluasi yang sangat cermat. Selain menerima anugerah itu, Menteri KKP Susi Pudjiastuti juga menghadiri beberapa diskusi bersama lembaga-lembaga think-tank berpengaruh di Amerika. [em]