Sutradara La La Land Damien Chazelle membawa pulang penghargaan tertinggi pada acara Directors Guild of America Awards ke-69, Sabtu lalu.
Ini penghargaan terbaru yang direbut film musikal La La Land dalam perjalanan yang bersemangat menuju Oscar, tapi upacara penghargaan tahunan di Beverly Hills itu tidak hanya berisi kegembiraan. Malam itu terasa agak muram karena banyak sutradara dan presenter prihatin dengan larangan pengungsi dan imigrasi yang ditetapkan Presiden Donald Trump.
"Saya ingin merayakan perwujudan mimpi dan apa artinya seni. Seni menghubungkan orang-orang dan tidak mengenal batas-batas," kata Chazelle. "Saya ingin menjadi bagian dialog trans nasional melalui film-film."
Chazelle, 32 tahun, adalah penerima penghargaan DGA termuda untuk film layar lebar, yang kemungkinan besar bisa memenangkan Oscar pada 26 Februari nanti.
Jarang sekali pemenang DGA tidak meraih penghargaan sutradara terbaik di ajang Academy Awards. La La Land baru saja meraih penghargaan tertinggi di ajang Producers Guild dan dinominasikan untuk 14 Oscar.
Sebelumnya malam itu, bintang La La Land Emma Stone dan Ryan Gosling menyerahkan medali sutradara terbaik kepada Chazelle. Sambil menyanyikan pujiannya, seperti fakta bahwa pengambilan gambar musikal itu dalam 40 hari, dengan menggunakan film 35mm, di 93 lokasi dan menggunakan 1.600 figuran, Gosling juga bercanda bahwa Chazelle menyutradarai kelahirannya sendiri dengan pengambilan gambar hanya sekali saja.
Garth Davis, peraih "sutradara pemula " untuk filmnya "Lion," pada malam penghargaan tahunan DGA Awards ke-69 di Beverly Hills, California, 4 Februari 2017.
Chazelle bertarung melawan Barry Jenkins, sutradara film Moonlight, Kenneth Lonergan sutradara film Manchester by the Sea, Garth Davissutradara film Lion, dan Denis Villeneuve sutradara film Arrival. Mereka, kecuali Davis, juga dinominasikan untuk Oscar.
Tapi Davis mendapat penghargaan sutradara pemula untuk film Lion yang dibintangi oleh Dev Patel dan pendatang baru Sunny Pawar. Lion bercerita tentang kisah nyata seorang pria India yang hilang pada saat berusia 5 tahun dan 25 tahun kemudian menggunakan Google Earth untuk melacak jalan ke kampung halamannya dan ibu kandungnya, tanpa mengetahui nama kampung itu maupun nama ibunya.