Aung San Suu Kyi dalam persinggahan pertama lawatan bersejarahnya ke Eropa, berpidato dalam konferensi tahunan Organisasi Buruh Internasional (ILO) di Swiss (14/6).
Tokoh oposisi Burma Aung San Suu Kyi menyerukan bantuan dan investasi internasional yang akan membantu memajukan reformasi demokrasi di Burma.
Mengawali lawatan ke Eropa, Suu Kyi mengatakan di depan Organisasi Perburuhan Internasional, ILO, hari Kamis di Jenewa bahwa ia ingin melihat pemerintah Burma melakukan reformasi tambahan untuk melindungi hak pekerja.
Hari Rabu, ILO mencabut sanksi terhadap Burma setelah pemerintah negara itu berjanji menghapuskan kerja paksa tahun 2015.
Aung San Suu Kyi juga menyatakan keprihatinan atas kekerasan antara umat Muslim dan Buddha di Burma barat selama sepekan ini. Ia menegaskan, kekerasan akan berlanjut jika tertib hukum tidak ditegakkan, dan setiap warga mendapat jaminan perlindungan yang sama.
Pemenang Hadiah Nobel itu disambut dengan karangan bunga dan tepuk tangan di kantor PBB di Jenewa. Ini adalah lawatan pertamanya ke Eropa dalam 24 tahun.
Suu Kyi menghabiskan sebagian besar dari dua dasawarsa terakhir dengan status sebagai tahanan rumah. Aktivis demokrasi berumur 67 tahun yang telah dibebaskan dari tahanan rumah tahun 2010 itu, dulu takut meninggalkan Burma karena khawatir pemerintah tidak akan mengizinkannya kembali ke negaranya.
Aung San Suu Kyi dijadwalkan akan berangkat ke ibukota Swiss, Bern, untuk bertemu dengan Presiden Eveline Widmer-Schlumpf dan Menteri Luar negeri Didier Burkhalter.
Hari Jumat, ikon demokrasi Burma ini akan berkunjung ke parlemen Swiss sebelum menuju Oslo dimana dia akan menyampaikan pidato untuk Hadiah Nobel Perdamaiannya tahun 1991.
Dalam lawatannya ke Inggris, Aung San Suu Kyi dijadwalkan akan berpidato di hadapan parlemen Inggris dan menerima hadiah hak azasi manusia dari Amnesty International di Dublin dari bintang musik rock Bono.
Aung San Suu Kyi memenangkan kursi parlemen Burma dalam pemilu bulan April.
Perubahan politik yang telah melanda Burma sejak tahun lalu setelah kekuasaan militer selama setengah abad disana berakhir tahun lalu. Pemerintah sipil baru mengambil alih kekuasaan bulan Maret tahun lalu setelah terpilih bulan November tahun 2010.
Mengawali lawatan ke Eropa, Suu Kyi mengatakan di depan Organisasi Perburuhan Internasional, ILO, hari Kamis di Jenewa bahwa ia ingin melihat pemerintah Burma melakukan reformasi tambahan untuk melindungi hak pekerja.
Hari Rabu, ILO mencabut sanksi terhadap Burma setelah pemerintah negara itu berjanji menghapuskan kerja paksa tahun 2015.
Aung San Suu Kyi juga menyatakan keprihatinan atas kekerasan antara umat Muslim dan Buddha di Burma barat selama sepekan ini. Ia menegaskan, kekerasan akan berlanjut jika tertib hukum tidak ditegakkan, dan setiap warga mendapat jaminan perlindungan yang sama.
Suu Kyi menghabiskan sebagian besar dari dua dasawarsa terakhir dengan status sebagai tahanan rumah. Aktivis demokrasi berumur 67 tahun yang telah dibebaskan dari tahanan rumah tahun 2010 itu, dulu takut meninggalkan Burma karena khawatir pemerintah tidak akan mengizinkannya kembali ke negaranya.
Aung San Suu Kyi dijadwalkan akan berangkat ke ibukota Swiss, Bern, untuk bertemu dengan Presiden Eveline Widmer-Schlumpf dan Menteri Luar negeri Didier Burkhalter.
Hari Jumat, ikon demokrasi Burma ini akan berkunjung ke parlemen Swiss sebelum menuju Oslo dimana dia akan menyampaikan pidato untuk Hadiah Nobel Perdamaiannya tahun 1991.
Dalam lawatannya ke Inggris, Aung San Suu Kyi dijadwalkan akan berpidato di hadapan parlemen Inggris dan menerima hadiah hak azasi manusia dari Amnesty International di Dublin dari bintang musik rock Bono.
Aung San Suu Kyi memenangkan kursi parlemen Burma dalam pemilu bulan April.
Perubahan politik yang telah melanda Burma sejak tahun lalu setelah kekuasaan militer selama setengah abad disana berakhir tahun lalu. Pemerintah sipil baru mengambil alih kekuasaan bulan Maret tahun lalu setelah terpilih bulan November tahun 2010.