Swiss pada Senin (10/6) mengatakan akan ada 90 negara dan organisasi yang menghadiri konferensi perdamaian dua hari mengenai
Ukraina yang diselenggarakannya mulai Sabtu mendatang.
Pemerintah Swiss mengatakan sekitar setengah dari negara-negara itu berasal dari Eropa dan bahwa partisipasi global yang luas penting untuk meluncurkan proses dengan dukungan yang luas.
Sebuah pernyataan pemerintah menyebutkan konferensi perdamaian itu bertujuan untuk menjadi platform membahas cara-cara mencapai “perdamaian yang komprehensif, adil dan abadi bagi Ukraina berdasarkan hukum internasional dan Piagam PBB,” serta menyusun kerangka kerja untuk melaksanakan rencana perdamaian serta cara melibatkan Rusia dan Ukraina dalam proses perdamaian.
Swiss menjadi tuan rumah konferensi itu atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, tetapi Rusia tidak berpartisipasi.
BACA JUGA: Biden pada D-Day: Barat Tidak akan Tinggalkan UkrainaRusia telah mengkritik proses tersebut dan mengatakan akan terlibat dalam pembicaraan perdamaian hanya jika mereka memperhitungkan situasi di lapangan, termasuk kemajuan yang diraih Rusia di medan tempur sejak negara itu meluncurkan invasinya terhadap Ukraina pada Februari 2022.
Zelenskyy telah meminta Rusia agar mundur dari seluruh teritori Ukraina.
Pertempuran di Kharkiv
Gerak maju Rusia di Kharkiv “terhenti,” setelah AS memberi izin sebagian kepada Ukraina untuk menggunakan senjata yang disediakan Amerika untuk menyerang target-target di wilayah Rusia, kata penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan hari Minggu.
“Kharkiv masih di bawah ancaman tetapi Rusia belum mampu memcapai kemajuan berarti di lapangan dalam beberapa hari terakhir di area itu,” kata Sullivan dalam wawancara di acara Face the Nation stasiun TV CBS.
Sullivan mengatakan AS mengizinkan Ukraina untuk menggunakan sebagian senjata yang disediakan AS untuk membela wilayah Kharkivnya, yang terletak di perbatasan dengan Rusia, terlepas dari kekhawatiran sebelumnya bahwa serangan semacam itu akan menyeret aliansi militer NATO ke konflik langsung dengan Rusia.
“Dari perspektif presiden, ini masuk akal,” kata Sullivan, sembari menunjukkan bahwa Ukraina harus dapat melepaskan tembakan ke arah perkemahan Rusia dan persenjataan yang diarahkan pada mereka.
Sekutu-sekutu NATO seperti Prancis dan Jerman juga mengikuti jejak Washington mengizinkan Ukraina menggunakan sebagian dari senjatanya yang disediakan Barat untuk menyerang melintasi perbatasan dari Kharkiv ke Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan AS dan sekutu-sekutu NATO bahwa langkah semacam itu dapat mendorongnya untuk menempatkan persenjataan serupa Rusia di negara-negara yang berada dalam jarak jangkauan AS atau sekutu-sekutu Eropanya. [uh/ab]