Swiss Larang Acara Besar untuk Atasi Virus Korona

Pascal Strupler, Dirjen Departemen Kesehatan Masyarakat Swiss, memegang selebaran sebelum pertemuan yang membahas tentang pencegahan penyebaran virus korona lebih lanjut di Bern, Swiss. (Foto: dok).

Pemerintah Swiss mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu melarang semua acara publik yang diikuti lebih dari 1.000 orang, sebagai tanggapan atas meningkatnya jumlah kasus virus korona di negara tersebut. Jumlah terbaru yang dilaporkan di Swiss adalah 19 pasien. Diperkirakan 100 orang sedang dikarantinakan.

Larangan ini dijadwalkan berlaku hingga setidaknya pertengahan Maret, dan telah mengganggu sejumlah acara penting. Ini kemungkinan besar akan mengecewakan banyak orang dan akan berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat serta perekonomian Swiss.

Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa pemerintah Swiss menanggapi perkembangan terbaru wabah virus korona dan ancaman yang ditimbulkannya. Pihak berwenang Swiss menyatakan prioritas utama pemerintah adalah melindungi rakyat.

Larangan ini diberlakukan di tengah-tengah musim karnaval, yang menarik ribuan orang untuk mendatangi kota-kota dan desa-desa di Swiss. Ini kemungkinan besar mengganggu acara olah raga. Korban terbesar adalah Pameran Motor Internasional Jenewa. Acara yang dijadwalkan berlangsung antara 5 dan 15 Maret ini menarik sekitar 500 ribu pengunjung setiap tahun.

PBB tidak tahu pasti bagaimana keputusan pemerintah Swiss tersebut akan mempengaruhi acara besar yang dijadwalkan berlangsung di gedungnya. Sekarang ini, Sidang Dewan HAM menjadi satu-satunya pertemuan besar-besaran di PBB di Jenewa.

Juru bicara PBB Rolando Gomez mengatakan berita ini masih sangat baru dan ia belum tahu pelaksanaannya. Sidang Dewan, yang mengkaji pelanggaran HAM di seluruh dunia, dijadwalkan berlangsung hingga 20 Maret.

“Jelas, Anda tahu ada lebih dari 1.000 partisipan di Dewan. Saya tidak tahu angka pastinya, tetapi ruangannya menampung kurang dari 1.000 orang. Tetapi dikombinasikan dengan beragam acara sampingan dan partisipan yang mendaftar, akan ada lebih dari 1.000 orang di Palai,” jelasnya.

Kasus pertama virus korona di Swiss dikukuhkan hari Selasa (25/2) di kawasan Ticino, yang memiliki jalur lalu lintas dengan Italia, negara di Eropa yang paling parah terimbas virus tersebut.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan di Italia kini terdapat 400 pasien virus korona dan jumlah itu terus meningkat.

Hingga Jumat pagi, WHO melaporkan lebih dari 83 ribu pasien virus korona di China, termasuk 2.058 yang meninggal. Dilaporkan pula 4.351 pasien di 49 negara di luar China, dan 67 yang meninggal. Nigeria, negara paling padat penduduknya di kawasan sub-Sahara Afrika, juga Meksiko, baru saja melaporkan pasien pertama virus korona di masing-masing negara. [uh/ab]