Pemerintah Taiwan, Sabtu (27/4), melaporkan adanya peningkatan aktivitas militer China di sekitar wilayahnya, termasuk 12 pesawat, yang melintasi garis median sensitif Selat Taiwan. Hal itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken baru saja menyelesaikan kunjungannya ke China.
AS menjadi salah satu pendukung dan pemasok senjata terbesar bagi Taiwan di arena internasional, walaupun tidak memiliki hubungan diplomatik formal. Blinken menekankan urgensi menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan selama kunjungannya ke China.
Taiwan, yang dikelola secara demokratis, menghadapi tekanan militer yang meningkat dari China, yang mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya sendiri. Namun, pemerintah Taiwan menolak klaim tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan bahwa mulai pukul 09.30 waktu setempat pada Sabtu (27/4), mereka mendeteksi kehadiran 22 pesawat militer China. Di antara pesawat tersebut terdapat pesawat tempur Su-30, di mana 12 di antaranya melintasi garis median ke arah utara dan tengah Taiwan.
BACA JUGA: Presiden Terpilih Taiwan: Bantuan Militer AS Perkuat Upaya Halangi OtoritarianismeGaris tersebut pernah berfungsi sebagai batas tidak resmi antara kedua belah pihak yang tidak dilintasi oleh militer China dan Taiwan. Namun Angkatan Udara China kini secara teratur mengirimkan pesawat melewatinya. Beijing mengatakan mereka tidak mengakui keberadaan garis tersebut.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengindikasikan bahwa pesawat tersebut melakukan "kegiatan patroli kesiapan tempur bersama" dengan kapal perang China. Mereka menambahkan bahwa pesawat dan kapal Taiwan merespons aktivitas tersebut dengan "tepat". Namun, mereka tidak memberikan perincian lebih lanjut.
Kementerian Pertahanan China tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.
Angkatan bersenjata Taiwan memiliki peralatan dan personel yang terlatih dengan baik. Namun mereka kalah dalam hal jumlah dan kekuatan dibandingkan dengan angkatan bersenjata China, terutama pada sektor angkatan laut dan udara. Angkatan bersenjata China merespons dengan rutin hampir setiap hari terhadap situasi di sekitar Taiwan.
China memandang Taiwan sebagai isu yang sangat penting dalam hubungannya dengan AS, dan Beijing berulang kali menekankan kepada Washington untuk menghentikan penjualan senjata ke Taiwan.
Presiden terpilih Taiwan, Lai Ching-te, baru mulai akan menjabat pada 20 Mei setelah memenangkan pemilu pada Januari. Beijing menganggapnya sebagai pihak separatis yang berbahaya. Ia berulang kali menolak ajakan China untuk melakukan perundingan.
Pada Kamis, Lai menyatakan bahwa China harus memiliki kepercayaan diri untuk berdialog dengan pemerintah Taiwan yang dipilih secara sah. Seperti Presiden Tsai Ing-wen yang akan segera berakhir masa jabatannya, Lai menekankan bahwa hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka. [ah]