Taiwan Laporkan Peningkatan Aktivitas Militer China Jelang Pemilu AS

Foto ilustrasi yang menunjukkan pesawat militer China di depan bendera China dan Taiwan. (Foto: Reuters/Dado Ruvic)

Kementerian pertahanan Taiwan, Minggu (3/11), mengatakan pihaknya telah melihat 35 pesawat militer China, termasuk pesawat tempur dan bomber, yang terbang ke arah selatan pulau itu dalam perjalanan menuju latihan di Pasifik. Itu merupakan hari kedua berturut-turut kementerian tersebut melaporkan aktivitas semacam itu.

China menganggap Taiwan, yang diperintah secara demokratis, sebagai teritorinya terlepas dari keberatan kuat pemerintah di Taipei, secara teratur mengirimkan militernya ke wilayah udara dan perairan di dekat negara pulau itu, dalam upaya untuk menegakkan klaim kedaulatannya.

Kementerian pertahanan China tidak menanggapi permintaan komentar mengenai misi itu, yang dilaporkan berlangsung hanya beberapa hari sebelum pemilihan presiden AS pada Selasa (5/11).

AS terikat oleh hukum untuk memberi Taiwan sarana membela diri, dan penjualan senjatanya ke Taipei, termasuk sistem rudal bernilai $2 miliar yang diumumkan bulan lalu, yang membuat Beijing berang.

BACA JUGA: Amerika Tegaskan Kembali Kebijakan 'Satu China' 

Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan bahwa mulai pukul 9 pagi pada hari Minggu, mereka telah mendeteksi 37 pesawat militer China, termasuk pesawat tempur J-16, bomber H-6 yang berkemampuan nuklir dan drone.

Dari jumlah tersebut, 35 pesawat terbang ke arah barat daya, selatan dan tenggara Taiwan ke arah Pasifik Barat untuk melakukan pelatihan jarak jauh, kata kementerian tersebut. Kementerian itu menambahkan bahwa mereka telah mengirimkan pasukannya sendiri untuk berjaga-jaga.

Pada Sabtu (2/11), pihak kementerian itu mengatakan China telah melakukan “patroli kesiapan tempur gabungan” lainnya dengan kapal-kapal induk dan pesawat tempur di dekat Taiwan.

China pada bulan lalu mengadakan latihan perang besar-besaran di sekitar Taiwan yang disebutnya sebagai peringatan terhadap “tindakan separatis,” yang menuai kecaman dari pemerintah AS dan Taiwan.

Beijing sangat tidak menyukai Presiden Taiwan Lai Ching-te, yang mulai menjabat pada Mei lalu, dengan mengatakan Lai adalah seorang “separatis.” Lai mengatakan hanya rakyat Taiwan sendirilah yang dapat memutuskan masa depan mereka dan ia berulang kali menawarkan pembicaraan dengan Beijing namun tawaran itu ditolak. [uh/ns]