Menteri pertahanan Taiwan, Senin (3/5), mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki kebenaran pengakuan seorang pria dari China daratan yang berhasil menyeberangi Selat Taiwan dengan perahu karet dalam upaya untuk mencari perlindungan politik.
Pada hari Sabtu (1/3), polisi mengatakan seorang pria bermarga Zhou telah ditahan di pelabuhan kota Taichung setelah penduduk setempat menemukannya di dekat tanggul dan mengatakan ia berperilaku mencurigakan.
Polisi mengatakan pria itu memberi tahu mereka bahwa ia telah melakukan perjalanan dari Fujian di pantai tenggara China dengan perahu karet yang dilengkapi dengan motor tempel dan 90 liter bahan bakar.
Pria itu mengatakan ia ingin pindah ke Taiwan untuk mencari kebebasan dan demokrasi, kata polisi.
BACA JUGA: Menlu Taiwan: China Tampaknya Sedang Menyiapkan ‘Serangan’Menteri Pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan kelemahan pengawasan Selat Taiwan kini sedang diselidiki karena perjalanan pria itu.
"Kami akan menghubungi penjaga pantai, kami akan saling memberi tahu bila ada masalah, untuk mengetahui penyebabnya dan melakukan perbaikan," kata Chiu kepada wartawan, Senin (3/5).
Selat Taiwan adalah salah satu perairan dengan pengawasan paling ketat di dunia.
China yang otoriter memandang Taiwan yang berpemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah bersumpah suatu hari akan merebutnya, dengan kekerasan jika perlu.
Kapal-kapal angkatan laut dan penjaga pantai dari kedua sisi mengawasi selat sepanjang 180 kilometer itu dengan saksama.
BACA JUGA: Tiga Mantan Pejabat AS Bertolak ke Taiwan, di Tengah Ketegangan dengan ChinaMeskipun peristiwa pembelotan antara kedua belah pihak sudah pernah terjadi sebelumnya, perjalanan melintasi selat itu jarang terjadi, terutama mengingat Taipei menguasai beberapa pulau yang hanya beberapa mil dari garis pantai China. Beberapa warga negara China yang membelot lebih memilih terbang ke Taiwan untuk meminta perlindungan.
Cuaca di selat Taiwan juga terkenal sulit diprediksi dan mencari perlindungan di Taiwan adalah taktik yang berisiko.
Taiwan tidak mengenal konsep suaka, dan sebagian alasannya karena takut disusupi oleh agen-agen China dan juga karena ingin mencegah arus masuk selama masa krisis.
Para imigran ilegal dari China telah dipulangkan, tetapi Taipei terkadang menutup mata terhadap para pembangkang.
Selama bertahun-tahun beberapa pengungsi China diam-diam diberikan izin untuk tinggal, sementara Taiwan juga menyambut warga Hong Kong yang mencoba melarikan diri dari tindakan keras Beijing di pusat keuangan Asia yang sedang resah itu. [ab/uh]