Langkah baru Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berisiko menghadapi bentrokan baru dengan China, dengan meningkatkan kemampuan militernya untuk melindungi kepentingannya di Laut China Selatan yang dipersengketakan.
Angkatan Laut Taiwan, sebuah negara yang secara diplomatik terisolir dan mengklaim seluruh samudra itu dan menguasai sebagian besar daratannya akan meningkatkan patroli di perairan seluas 3,5 juta kilometer persegi karena kekuatan militer China semakin besar, demikian dikatakan Menteri Pertahanan Feng Shih-kuan kepada parlemen di Taipei minggu lalu. Personil Angkatan Laut Taiwan juga akan melakukan latihan bersama dengan Angkatan Udara, kata Feng Shih-kuan.
Ia menambahkan AL akan memanfaatkan peningkatan patroli rutin di Laut China Selatan untuk melakukan latihan penyelamatan kemanusiaan dan melindungi kapal-kapal penangkap ikan Taiwan atau membawa pasokan. Kapal penjaga pantai ukuran 1.000 ton sudah dikerahkan ke laut itu untuk melindungi kapal-kapal penangkap ikan Taiwan.
Para pakar khawatir penggunaan satuan-satuan militer untuk memberlakukan akses Taiwan ke laut yang kaya sumber daya di lepas pantai barat daya Taiwan itu bisa memicu bentrokan dengan China karena buruknya hubungan kedua negara dan kurangnya dukungan eksternal.
“Dalam hal ini, jika China melakukan sesuatu di Laut China Selatan seperti melakukan lebih banyak latihan, lebih banyak kapal melintas, itu merupakan perubahan kecil dari status quo,” kata Ross Feingold, analis berkantor di Taipei yang bekerja untuk sebuah bisnis konsultansi politik Amerika.
“Tapi jika China berniat mengungkapkan ketidak senangannya kepada Taiwan, China bisa melakukan lebih banyak jenis-jenis latihan yang dilakukannya baru-baru ini di sekitar pulau Taiwan meskipun pulau Taiwan sebenarnya tidak relevan dengan sengketa di Laut China Selatan,” tambah Feingold.
Beijing mengklaim sekitar 95% dari Laut China Selatan. Sejak 2010 China telah membuat Taiwan marah dan juga lima negara Asia Tenggara yang punya klaim kelautan dengan melakukan reklamasi pulau-pulau karang yang tidak berpenduduk, menambah fasilitas militer, serta melayarkan kapal-kapalnya memasuki kawasan-kawasan yang disengketakan.
Negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam dan Filipina bisa memanfaatkan hubungan diplomatik resmi untuk mengupayakan perjanjian. Tetapi China sendiri mengklaim bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, meskipun Taiwan sudah punya pemerintahan sendiri sejak tahun 1940an. Persengketaan ini tidak memungkinkan penyelenggaraan diplomasi secara resmi.
Taiwan yang ditekan oleh China selama tujuh dekade, tidak punya hubungan diplomatik di Asia. Tsai melakukan pembicaraan singkat mengenai keamanan bulan Desember dengan Presiden Donald Trump, tetapi Trump belum menunjukkan tanda-tanda dukungan lebih jauh.
Taiwan kini menguasai Pulai Taiping, pulau terbesar dari kepulauan Spratly serta bukit-bukit pasir di dekatnya. Taiping sangat maju dilengkapi dengan pangkalan penjaga pantai, peralatan riset metereologi dan sistem panel-panel surya.
Meski demikian Tsai belum menunjukkan tanda-tanda berusaha memperluas kekuasaan di laut itu yang sangat kaya dengan ikan, cadangan bahan bakar fosil di bawah laut dan merupakan jalur pelayaran penting. [my/jm]