Taiwan menutup sekolah dan pasar keuangannya pada Rabu (2/10) saat Topan Krathon menghantam sisi selatan dan timur negara itu dengan hujan lebat dan angin kencang sebelum mencapai daratan.
Krathon, dengan kecepatan angin berkelanjutan 173 kilometer per jam dan embusan hingga 209 kilometer per jam, berada pada 160 kilometer di barat daya Kaohsiung selatan pada pukul tujuh pagi waktu setempat pada hari Rabu, menurut Badan Pusat Cuaca Taiwan.
Topan yang statusnya diturunkan dari kuat menjadi sedang dalam semalam, menurut sistem kategorisasi Taiwan, kini diperkirakan akan mendarat pada Kamis (3/10) dini hari di dekat Kaohsiung atau Tainan, hampir sehari lebih lambat daripada yang diperkirakan sebelumnya, kata badan tersebut.
“Waktu pendaratannya tertunda karena topan itu bertahan di lokasinya saat ini untuk waktu yang lama, dan kecepatannya lebih lambat daripada yang diperkirakan,” kata peramal cuaca Zeng Zhao-zheng kepada kantor berita AFP, sambil menambahkan bahwa intensitas topan telah menurun pada pukul dua dini hari dan diprediksi terus melemah.
BACA JUGA: Vietnam Perkirakan Kerugian akibat Topan Yagi Capai $3,31 MiliarPerkantoran dan sekolah di seantero pulau itu ditutup, sementara kementerian dalam negeri Taiwan mengatakan hampir 10.000 orang telah dievakuasi dari wilayah yang rentan sebagai tindakan pencegahan.
Presiden Taiwan Lai Ching-te memperingatkan pada Selasa (1/10) bahwa topan itu kemungkinan akan mengakibatkan “kerusakan hebat” dan mendorong masyarakat untuk “sangat waspada,” karena rute topan yang kali ini tergolong langka, di mana topan itu diperkirakan akan keluar dari pantai timur Taiwan.
Seluruh penerbangan dalam negeri dan layanan feri dibatalkan pada Rabu, sementara beberapa maskapai menangguhkan penerbangan dari Taiwan ke Jepang, Hong Kong, Filipina dan Korea Selatan.
Hampir 40.000 tentara disiagakan untuk memberikan bantuan, kata kementerian pertahanan.
Sebanyak 35 korban luka terkait topan dilaporkan dari seluruh Taiwan hingga Selasa malam, kata pihak berwenang tanpa merinci lebih lanjut.
Taiwan terbiasa menghadapi badai tropis yang sering terjadi dari bulan Juli hingga Oktober, tetapi para ahli mengatakan, perubahan iklim telah meningkatkan intensitasnya, yang menyebabkan hujan lebat, banjir bandang dan hembusan angin kencang. [rd/uh]