Tajikistan Batasi Praktek-praktek Keagamaan Islam

  • Jim Brooke

Lebih dari 1.000 jemaah berkumpul di masjid utama Dushanbe, Tajikistan, untuk sholat Jumat (30/9).

Dengan semakin meningkatnya kekerasan oleh kalangan fundamentalis di Afghanistan, negara tetangganya Tajikistan mulai mengontrol praktek-praktek keagamaan Islam sekaligus membatasi pengaruh asing.

Mula-mula, perempuan dilarang pergi ke mesjid di Tajikistan. Lalu beberapa minggu lalu pemerintah melarang anak berusia dibawah 18 tahun pergi ke mesjid-mesjid.

Sekitar 98 persen penduduk Tajikistan beragama Islam. Tetapi, negara ini berbatasan dengan Afghanistan. Pemerintah Tajikistan yang didukung Rusia ingin mencegah tumbuhnya radikalisme.

Zafar Adullayev, seorang penulis blog di Tajikistan, mendukung pembatasan tersebut. "Pemerintah mengambil jalan tengah antara pengekangan agama seperti di jaman Uni Soviet dan kelompok fundamentalis modern Islam yang ingin memberlakukan hukum syariah di negara yang secara tradisional moderat ini," ujar Zafar.

Untuk membatasi pengaruh asing terhadap praktek-praktek keagamaan Islam tradisional di Tajikistan, tahun lalu pemerintah menarik pulang 2.000 siswa yang belajar agama Islam di sekolah-sekolah keagamaan di luar negeri.

Selain itu, pemerintah melarang laki-laki memelihara jenggot dan perempuan memakai baju panjang yang menutupi tubuh sampai kaki. Perempuan dianjurkan memakai pakaian tradisional Asia tengah yang longgar dan selendang untuk menutup kepala.

Di masjid utama di kota Dushanbe, Abu Bakr, seorang pegawai bank berusia 28 tahun, menyetujui peraturan baru itu.

Mengingat masa remajanya sendiri, Abu Bakr mengatakan remaja terkadang suka berbuat onar. Ia mengatakan kebijaksanaan baru datang seiring bertambahnya usia.

Tetapi, Muhiddin Kabiri memperkirakan pembatasan pemerintah itu bisa menjadi bumerang. Kabiri memimpin Partai Kebangkitan Islam di Tajikistan, satu-satunya partai Islam yang terdaftar secara resmi di bekas Uni Soviet.

Ia mengatakan kendali pemerintah justru akan mendorong gerakan Islam ke bawah tanah, menjauhi moderasi dan akan seperti Taliban.

Dengan tertutupnya masjid bagi para remaja dan kebanyakan lingkungan masyarakat tidak memiliki sekolah untuk belajar Qur’an, Kabiri mengatakan para remaja akan belajar Islam lewat internet. Dengan menggunakan internet, katanya, orang-orang muda dengan mudah sampai di situs-situs yang dikelola kalangan ekstrimis.

Lima belas tahun lalu, pengikut Kabiri kalah dalam perang saudara melawan pasukan Presiden Emomali Rakhmon yang sekuler. Rakhmon adalah presiden Tajikistan yang didukung Uni Soviet. Sekarang, Rakhmon masih menjabat presiden dan ia tidak melonggarkan pengawasannya.

Di bulan Oktober ini, Presiden Rakhom memulai pembangunan mesjid yang diperkirakan akan menjadi masjid terbesar di Asia Tengah.

Masjid bernilai 100 juta dolar yang dibiayai pemerintah Qatar bisa menampung 115.000 jamaah, kira-kira separuh jumlah penduduk laki-laki dewasa negara itu.