Pejabat Taliban mengatakan pada hari Kamis (26/1) bahwa 158 orang meninggal dunia sejauh ini pada awal 2022 akibat musim dingin yang keras di Afghanistan, membuat krisis kemanusiaan di negara itu semakin parah.
Adbul Rahman Zahid, pejabat Taliban dari Kementerian Manajemen Bencana Alam mengatakan bahwa kasus-kasus kematian itu terjadi akibat suhu dingin, banjir dan masalah cuaca lainnya.
Pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban Agustus 2021 lalu membuat ekonomi Afghanistan terpuruk dan mengubah negara itu, mendorong jutaan orang ke dalam jurang kemiskinan dan kelaparan.
Aliran bantuan asing pun berhenti hampir seketika.
Prakiraan cuaca mengatakan bahwa suhu udara akan anjlok ke -35 Celcius di sebagian wilayah Afghanistan akhir pekan ini.
BACA JUGA: Taliban: 78 Tewas Akibat Cuaca Musim Dingin di AfghanistanBerbagai kelompok kemanusiaan memberikan bantuan musim dingin kepada masyarakat, termasuk alat penghangat, uang tunai untuk membeli bahan bakar dan baju hangat. Akan tetapi, penyaluran bantuan itu sangat terdampak oleh aturan Taliban yang melarang perempuan bekerja, termasuk staf perempuan kelompok LSM, kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Shazia, yang tidak bersedia memberikan nama belakangnya, kehilangan dua anaknya dua bulan lalu akibat cuaca dingin ekstrem dan ketiadaan penghangat udara.
Ia tinggal di sebuah kamp darurat di Kabul setelah mengungsi dari Provinsi Laghman.
Ia mengatakan, tidak ada cukup sumber penghangat dalam ruangan dan salah satu dari sedikit cara untuk menghangatkan ruangannya adalah dengan memanggang roti. [rd/jm]