Delegasi Taliban yang dipimpin Kepala Biro Politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar baru-baru ini bertemu pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di kantornya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Mereka juga bertemu dengan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla di rumah dinasnya di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (27/7) malam pekan lalu. Delegasi Taliban ini beranggotakan delapan orang. Indonesia menjadi mediator perdamaian di Afghanistan.
Sekretaris Jenderal MUI Muhammad Zaitun Rusmin menjelaskan pertemuan kali ini menunjukkan suatu kemajuan. Karena sebelumnya MUI bertemu dengan ulama Afghanistan dari pihak pemerintah. Kalaupun berjumpa ulama Taliban yang berasal dari Pakistan, bukan Afghanistan.
BACA JUGA: Pengamat: Indonesia Dipercaya Taliban Jadi Mediator PerdamaianSedangkan delegasi Mullah Baradar semuanya adalah orang Afghanistan yang bermukim di Qatar untuk menjalankan kantor politik Taliban yang beroperasi sejak enam tahun lalu.
Zaitun Rusmin menilai kemajuan ini juga berkat peran dari Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla.
"Kita mendukung persatuan Afganistan. Kita tidak ada afiliasi, tidak ada cenderung kemana pun mau Taliban, mau Afganistan pokoknya Afganistan dengan seluruh faksi-faksinya bersatu ," kata Zaitun Rusmin.
Menurut Zaitun Rusmin, Taliban sangat yakin dengan pemerintah dan ulama Indonesia untuk berperan dalam mengupayakan perdamaian di Afghanistan. Bahkan, lanjutnya, Taliban menegaskan kalau perdamaian terwujud, Afghanistan sangat ingin terus dibantu oleh Indonesia. Selain itu, mereka juga berharap investasi Indonesia bisa masuk.
Yang menarik, kata Zaitun Rusmin, delegasi Taliban menyatakan mereka siap berdamai dengan semua pihak di Afghanistan dan tidak menyimpan rasa dendam. Karena itulah, menurutnya, MUI sangat optimis perdamaian dapat segera terwujud di Afghanistan.
Your browser doesn’t support HTML5
Lebih lanjut Zaitun Rusmin mengungkapkan Taliban sangat terkesan dengan praktik ajaran Islam di Indonesia. Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI Muhyiddin Junaidi mengatakan delegasi Taliban itu datang ke Indonesia atas undangan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menindaklanjuti pertemuan-pertemuan antara ulama.
Dalam pertemuan itu, lanjutnya, delegasi Taliban menyampaikan kabar Amerika akan menarik semua pasukannya dari Afghanistan. Mereka juga memberitahu saat ini Taliban sudah menguasai 70 persen dari seluruh wilayah Afghanistan.
BACA JUGA: NU-Afghanistan Dorong Diplomasi “Islam Nusantara” untuk Selesaikan KonflikMuhyiddin menambahkan MUI menyampaikan beberapa usulan kepada delegasi Taliban untuk mencegah perang meletup lagi di Afghanistan.
"Yang pertama adalah untuk membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Yang kedua karena kami dari MUI, kami menyarankan adanya pembentukan majelis ulama Afghanistan yang anggotanya adalah pimpinan ormas-ormas dan lembaga-lembaga keislaman di seluruh Afghanistan," ujar Muhyiddin.
Usulan ketiga adalah menyarankan Taliban sering mengunjungi Indonesia guna memberikan informasi terkini. MUI juga mendukung bila pemerintah Indonesia memberikan pelatihan bagi kaum hawa Afghanistan karena angka kematian perempuan di negara itu sangat tinggi. Usulan kelima adalah pemerintah siap menampung siswa-siswi Afghanistan untuk belajar di Indonesia.
Muhyiddin menegaskan MUI sangat berharap Afghanistan dapat terus stabil setelah perdamaian terwujud.
BACA JUGA: Menlu Retno Bahas Proses Perdamaian di Afghanistan dengan Menlu AfghanistanPengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjajaran Bandung Teuku Rezasyah mengatakan pengalaman Indonesia dalam menyelesaikan konflik, membuat Afganistan percaya Indonesia dapat menyelesaikan perang berkepanjangan di negara itu.
Menurutnya Indonesia selalu menghargai kedaulatan negara lain. Indonesia, tambah Rezasyah, juga nantinya harus menggandeng negara lain terkait Afganistan ini.
“Biasanya beliau (Jokowi) menghubungan nawacita itu dengan sustainable development goal. Saya pikir akan ada 17 item dalam MDGs yang akan dipraktikkan di Afganistan. Untuk itu Indonesia harus mendata negara-negara mana yang bisa berkontribusi di sektor-sektor tertentu. Dengan Swiss, misalnya, untuk membantu transparansi dengan keuangan, kerja sama dengan Inggris barang kali untuk menjadikan pot-pot Afganistan lebih kompetitif,” ujarnya. [fw/ft]