Axolotl Meksiko, sejenis salamander besar, saat ini terancam punah akibat pencemaran di wilayah perairan Xochimilco, Mexico City. Para ilmuwan bekerja bersama sejumlah petani lokal untuk memastikan binatang amfibi yang dikenal sebagai "Mexican Walking Fish" (“ikan berjalan Meksiko”) itu tidak punah.
Salamander Meksiko juga dikenal sebagai axolotl (Ambystoma mexicanum) adalah hewan dengan ekor berlendir, insang seperti bulu dan mulut melengkung seolah tersenyum aneh. Hewan air yang dapat tumbuh hingga sepanjang 30 sentimeter itu terdaftar ‘terancam punah’ oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Satu-satunya habitat alami axolotl berada di wilayah sekitar danau dan kanal Xochimilco, sebelah selatan Mexico City, di mana suku Aztec pernah menggunakan sejumlah "taman terapung" alami yang menumpuk di atas anyaman tikar buluh untuk bercocok-tanam. Tapi sekarang mereka menderita akibat polusi, pemekaran daerah perkotaan dan sejumlah spesies invasif.
Para ahli mengemukakan makhluk itu penting dalam penelitian ilmiah karena kemampuannya meregenerasi anggota tubuh yang terputus. Axolotl hidup di perairan sekitar kanal Xochimilco yang ditetapkan sebagai situs Warisan Dunia oleh UNESCO.
Walau memiliki dua status penting, Xochimilco saat ini terancam akibat polusi sebagai dampak dari urbanisasi besar-besaran, yang mengganggu seluruh kota metropolitan. Hal ini menjadikan axolotl berada di titik kepunahan.
Ilmuwan Horacio Mena mendirikan laboratorium di Universitas Otonomi Nasional Meksiko (MNAU) untuk mempelajari apa yang disebut “water monster” Itu. Mena menjalankan Chinampa Shelter Project sejak 2011 yang membangun empat tempat penampungan dalam kandang pelindung.
“Idenya adalah agar axolotl dapat bertahan hidup di Xochimilco, Mexico City. Salah satu strateginya adalah proyek Chinampa Shelter,” kata Horacio Mena.
Setelah enam bulan, kualitas air meningkat dan stabil, tim peneliti memperlihatkan 150 laboratorium pengembangbiakan sejumlah axolotl. Pertumbuhannya dimonitor di dalam shelter atau tempat penampungan yang sesuai keadaan fisik, berat dan ukuran salamander.
Sekarang proyek Chinampa Shelter memiliki delapan tempat perlindungan di area seluas delapan hektar dan berada di bawah pengawasan universitas dan petani setempat.
Proyek tersebut membantu para petani menanam tanaman yang dapat menyaring kotoran dari air, yang pada akhirnya memperbaiki ekosistem bagi semua makhluk hidup kecil.
“Jika penggunaan sumber daya yang ada saat ini tidak tepat maka keseimbangan ekosistem kita berkurang dan hal itu dapat kita lihat dalam hewan kecil itu. Jika di sana ada sejumlah axolotl, maka itu merupakan pertanda yang kita lakukan adalah baik. Jika tidak, mungkin ada yang salah,” jelas Dario Velazco.
Pihak pelaksana meyakini proyek itu tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga berpengaruh secara ilmiah, sosial dan budaya.
"Dengan meneliti axolotl, banyak laboratorium belajar dari kami untuk menambah pengetahuan akan axolotl itu secara ilmiah terkait regenerasi - otak, tulang belakang, jantung, dan lain sebagainya," kata Horacio Mena.
Your browser doesn’t support HTML5
Masih harus ditentukan apakah tempat-tempat penampungan itu mampu meningkatkan jumlah axolotl yang bereproduksi dan menjadi dewasa secara alami di alam bebas.
Mexican Academy of Sciencesdalam sebuah pernyataan menyatakan survei tahun 1998 menemukan rata-rata 6.000 axolotl per kilometer persegi, angka itu turun menjadi 1.000 dalam suatu studi yang dilakukan tahun 2003 dan menjadi 100 berdasarkan survei tahun 2008.
Survei terakhir tahun 2014 melaporkan hanya ada 35 ekor per kilometer persegi. [mg/lt]