Pemerintah Belanda, pada Rabu (8/3), mengatakan pihaknya merencanakan pembatasan baru pada ekspor teknologi semikonduktor untuk melindungi keamanan nasional, bergabung dengan upaya Amerika Serikat untuk membatasi ekspor cip ke China.
AS pada bulan Oktober lalu telah memberlakukan pembatasan besar-besaran pada ekspor alat pembuat cip Amerika Serikat ke China, tetapi agar pembatasan tersebut efektif, juga perlu persetujuan dari pemasok utama lainnya yaitu Belanda dan Jepang, di mana kedua negara tersebut juga mengawasi teknologi pembuatan cip utama. Negara-negara sekutu tersebut telah melakukan pembicaraan tentang masalah yang sama selama berbulan-bulan.
Menteri Perdagangan Belanda Liesje Schreinemacher mengumumkan keputusan tersebut dalam sebuah surat kepada parlemen, dengan mengatakan bahwa pembatasan akan diberlakukan sebelum musim panas.
Surat Schreinemacher tidak menyebut nama China, yang merupakan mitra dagang utama Belanda, serta tidak menyebut ASML Holding NV, perusahaan teknologi terbesar di Eropa dan pemasok utama ke produsen semikonduktor, tetapi keduanya akan terdampak oleh pembatasan tersebut. Surat tersebut secara khusus menyebut satu teknologi yang akan terdampak, yaitu litografi "DUV", mesin tercanggih kedua yang dijual ASML ke produsen cip komputer.
"Karena atas dasar keamanan nasional, Belanda menganggap perlu untuk memasukkan teknologi ini ke pengawasan secepatnya, Kabinet akan menyampaikan daftar kendali nasional," demikian bunyi surat tersebut.
Menanggapi hal tersebut ASML mengatakan akan mengajukan izin untuk ekspor alat paling mutakhirnya selain mesin-mesin DUV, namun hal itu tidak akan memengaruhi pedoman finansialnya untuk 2023. [my/lt]