Presiden Rusia Vladimir Putin siap memperpanjang kekuasaannya yang sudah berlangsung hampir seperempat abad, selama enam tahun lagi, pada hari Minggu (17/3) setelah berakhirnya pemilihan umum yang tidak memberikan alternatif yang nyata pada rakyat, selain seorang otokrat yang dengan kejam menindak perbedaan pendapat.
Warga di sejumlah kota turun ke jalan untuk menunjukkan kekecewaan mereka, termasuk istri mendiang pembangkang Alexey Navalny.
Pemilu yang berlangsung selama tiga hari sejak Jumat lalu (16/3) berlangsung dalam situasi yang dikontrol dengan ketat dan tidak mengizinkan adanya kritik publik terhadap Putin atau perang yang dilakukannya di Ukraina. Musuh politik Putin yang paling keras, Alexey Navalny, telah meninggal di penjara Arktik bulan lalu, sementara para pengkritik lainnya dipenjara atau berada di pengasingan.
Teman-teman Navalny telah mendesak mereka yang tidak senang dengan Putin atau perang di Ukraina untuk melakukan protes dengan pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) pada hari Minggu sore, sebuah strategi yang didukung oleh Navalny sesaat sebelum kematiannya. Tim Navalny menggambarkan strategi itu sebagai sebuah kesuksesan, dengan merilis gambar dan video orang-orang yang berkerumun di dekat TPS-TPS di berbagai kota di Rusia pada Minggu siang.
BACA JUGA: Rusia Gelar Pilpres Hari Terakhir, Kyiv Dituduh Lakukan SabotasePutin Berulangkali Puji Serangan ke Ukraina
Pemimpin Rusia berusia 71 tahun ini menghadapi tiga saingan dari partai-partai yang didukung Kremlin, yang menahan diri untuk melontarkan kritik terhadap pemerintahannya yang sudah mencapai 24 tahun atau invasi besar-besaran ke Ukraina dua tahun lalu. Menjelang pemilu ini Putin telah membanggakan keberhasilan Rusia di medan perang, tetapi serangan pesawat tak berawak besar-besaran Ukraina di seluruh Rusia pada Minggu pagi mengingatkan tantangan yang dihadapi Moskow.
Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan telah menembak jatuh 35 drone Ukraina dalam semalam, termasuk empat drone di dekat ibu kota Rusia. Walikota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan tidak ada korban jiwa atau kerusakan.
Ekonomi Rusia di masa perang telah terbukti tangguh dan tetap berkembang meskipun mendapat sanksi dari Barat. Industri pertahanan Rusia telah berfungsi sebagai mesin pertumbuhan utama, bekerja sepanjang waktu untuk memproduksi rudal, tank, dan amunisi.
Lebih dari 60% Pemilih Telah Datang ke TPS
Pemungutan suara dilakukan di TPS-TPS di 11 zona waktu di negara yang luas ini, di wilayah-wilayah yang dianeksasi secara ilegal di Ukraina, dan juga secara online. Hingga Minggu dini hari, lebih dari 60 persen pemilih yang memenuhi syarat telah memberikan suara.
Associated Press mengutip Dmitry Sergienko, yang memberikan suaranya di Moskow dan mengatakan ia memilih Putin. "Saya senang dengan semua yang terjadi dan ingin semuanya terus berlanjut seperti sekarang,” ujarnya. Hal senada disampaikan Olga Dymova yang mengatakan, "Saya yakin bahwa negara kita akan terus maju menuju kesuksesan."
Seorang pemilih lain di Moskow, yang mengidentifikasi dirinya hanya dengan nama depannya, Vadim, mengatakan ia berharap ada perubahan, tetapi buru-buru menambahkan bahwa "sayangnya, hal itu tidak mungkin terjadi."
Unjuk Rasa Warnai Pilpres Rusia
Rekan-rekan Navalny menyiarkan rekaman video yang berisi komentar dari mereka yang datang ke TPS pada siang hari untuk memprotes Putin, dengan wajah mereka yang diburamkan untuk melindungi identitas mereka. "Aksi ini telah mencapai tujuannya," kata Kepala Yayasan Anti-Korupsi Navalny, Ivan Zhdanov, dalam sebuah siaran YouTube. "Aksi ini telah menunjukkan bahwa ada Rusia yang lain, ada orang-orang yang menentang Putin."
BACA JUGA: Putin: Sang Autokrat yang Incar Tatanan Dunia BaruTidak mungkin untuk mengonfirmasi apakah para pemilih yang terlihat mengantre di TPS-TPS – yang ada dalam video dan foto yang dirilis teman-teman Navalny itu. Hanya beberapa media Rusia yang melaporkan soal aksi protes itu, atau jumlah orang yang datang ke TPS.
Unjuk rasa juga terjadi di beberapa kota di Rusia, bahkan di luar negara Beruang Merah itu. Istri mendiang Alexey Navalny, Yulia Navalnaya, ikut menghadiri demonstrasi di luar Kedutaan Besar Rusia di Berlin, Jerman.
Medvedev Serukan Hukuman Berat atas Penganggu Pemilu
Meskipun pemilu dilangsungkan dengan kontrol sangat ketat, ada laporan tentang puluhan kasus vandalisme di TPS-TPS Rusia. Seorang perempuan ditangkap di St. Petersburg setelah ia melemparkan bom api ke pintu masuk TPS, dan beberapa orang lainnya ditahan di seluruh negeri karena melemparkan antiseptik hijau atau tinta ke dalam kotak suara.
Dmitry Medvedev, Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia yang diketuai oleh Putin, menyerukan untuk memperberat hukuman bagi mereka yang merusak TPS, dengan alasan mereka harus menghadapi tuduhan pengkhianatan karena berusaha menggagalkan pemungutan suara di tengah pertempuran di Ukraina.
Beberapa media Rusia juga memposting gambar-gambar surat suara yang rusak yang dicoblos oleh para pemilih.
Menjelang pemilu, Putin menyebut perang di Ukraina yang kini sudah memasuki tahun ketiga, sebagai pertempuran hidup dan mati melawan Barat yang ingin memecah belah Rusia.
Pasukan Rusia membuat kemajuan yang lambat dengan mengandalkan keunggulan mereka dalam persenjataan, sementara Ukraina melawan invasi itu dengan mengintensifkan serangan lintas batas dan meluncurkan serangan pesawat tak berawak jauh di dalam wilayah Rusia.
Gubernur Belgorod melaporkan serangan pasukan Ukraina ke kota di dekat perbatasan itu pada hari Minggu menewaskan seorang gadis berusia 16 tahun dan melukai ayahnya. Ada pula laporan tentang dua kematian akibat serangan Ukraina pada hari sebelumnya.
Putin menggambarkan serangan tersebut sebagai upaya Ukraina untuk menakut-nakuti warga dan menggagalkan pemilihan presiden Rusia, dan mengatakan mereka "tidak akan dibiarkan begitu saja."
Negara-Negara Barat Cemooh Pemilu Rusia
Para pemimpin Barat telah mencemooh pemilu di Rusia ini sebagai sebuah olok-olok terhadap demokrasi. Ini dikarenakan kurangnya alternatif pilihan bagi para pemilih, sangat terbatasnya pemantauan independen dan hampir tidak ada pengamat internasional yang signifikan yang hadir. Hanya kandidat yang terdaftar dan telah disetujui Kremlin, atau didukung badan penasihat negara bagian/provinsi yang dapat menugaskan pengamat ke TPS-TPS, sehingga mengurangi jumlah pemantau independen. [em/ns]