Presiden Guatemala yang baru, Bernardo Arevalo, akhirnya dilantik Minggu (14/1) malam.
Dalam upacara yang penuh kemegahan, Arevalo juga dinyatakan sebagai Panglima Angkatan Darat negara tersebut.
Arevalo menghadapi perjuangan berat setelah terpilih, di mana jaksa agung negara tersebut mencoba menghalangi pelantikannya.
Dalam pidatonya di hadapan massa, Arevalo mengungkapkan perlunya angkatan bersenjata menjaga demokrasi di negara itu.
“Hari-hari ketika sektor kekuatan politik dan pejabat militer bersama-sama mendukung rezim otoriter telah berakhir. Para jenderal yang kini menjadi bagian dari komando tertinggi telah dipilih dan dievaluasi tidak hanya berdasarkan jalur profesional, tetapi juga komitmen mereka terhadap demokrasi,” ungkap Arevalo.
BACA JUGA: Warga Guatemala Marah Karena Pelantikan Presiden Terpilih Arevalo DitundaArevalo memang memenangkan pemilu Guatemala dengan selisih yang besar, namun perjalanannya hingga dilantik sangat berliku.
Ia mengatakan bahwa dirinya akan meminta pengunduran diri Jaksa Agung Consuelo Porras, yang mengawasi berbagai manuver hukum untuk mencegah pelantikannya selama berbulan-bulan. Namun belum jelas apakah ia dapat memecatnya.
Bagi warga Guatemala, ada kelegaan karena akhirnya roda demokrasi kembali berputar setelah sempat terhenti.
Akan tetapi, warga masih belum tahu pasti akan seperti apa demokrasi negara itu berjalan ke depannya, seperti disampaikan salah satu warga, Mario Roberto de Leon: “Karena kita belum melihat apa pun dan sejauh ini kami hanya hidup dalam ilusi, kami tidak tahu pasti apa yang akan terjadi.”
Arevalo menerima dukungan luas dari komunitas internasional. Uni Eropa, Organisasi Negara-negara Amerika dan pemerintah AS berulang kali menuntut penghormatan terhadap suara rakyat. [rd/jm]