Tekanan Internasional Meningkat di Korsel Pasca Pemakzulan Presiden

Seorang pendukung Presiden Korea Selatan Park Geun-hye berdiri untuk menentang pemakzulannya di depan Mahkamah Konstitusi di Seoul, Korea Selatan, 10 Januari 2017. (AP Photo/Ahn Young-joon)

Ketegangan diplomatik semakin meningkat antara Korea Selatan dan negara-negara kuat di kawasan itu selagi pemerintah di Seoul melemah dan terpecah oleh pemakzulan Presiden Park Geun-hye.

Park diskors dari jabatannya bulan Desember setelah Majelis Nasional memberikan suara untuk mendakwa presiden itu karena dituduh terlibat dalam skandal campur tangan untuk mempengaruhi proyek bernilai jutaan dolar.

Perdana menteri kini bertindak sebagai kepala negara sampai Mahkamah Konstitusi memutuskan apakah mengesahkan pemakzulan sehingga diikuti pemilihan presiden, atau menolaknya dan mengembalikan kekuasaan kepada Park. Proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan sebelum Korea Selatan kembali memiliki pemerintahan hasil pemilu yang berfungsi penuh.

Analis Jepang Hosaka Yuji dari Universitas Sejong mengatakan penolakan luas masyarakat terhadap Presiden Park setelah pemakzulan itu telah menggerogoti dukungan terhadap satu prestasi diplomatik penting yang mengakhiri sengketa lama dengan Tokyo terkait masalah “wanita penghibur.”

Sementara itu, China dilaporkan telah mengambil langkah-langkah balasan untuk menghukum Korea Selatan karena menyetujui penempatan sistem pertahanan rudal THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) milik Amerika.

Seoul dan Washington beralasan bahwa sistem THAAD canggih yang menggunakan teknologi pencarian inframerah, enam peluncur yang bisa dipindah-pindahakan, dan 48 rudal pencegat itu dibutuhkan untuk melindungi diri dari upaya-upaya kemungkinan serangan rudal balistik yang dikembangkan oleh Korea Utara. [lt]