Pertempuran baru merebak di ibukota Sudan Selatan hari Selasa (17/12), sehari setelah Presiden Salva Kiir mengatakan pemerintah menggagalkan upaya kudeta.
Pertempuran baru merebak di ibukota Sudan Selatan hari Selasa (17/12), sehari setelah Presiden Salva Kiir mengatakan pemerintah menggagalkan upaya kudeta.
Tembak menembak kembali terjadi di ibukota Sudan Selatan, Senin malam sesaat setelah Presiden Salva Kiir memberlakukan jam malam sebagai tanggapan atas serangan terhadap markas besar militer.
Kiir mengatakan kepada wartawan hari Senin (16/12) bahwa pemerintah berhasil menggagalkan usaha kudeta dan pemerintah menguasai sepenuhnya keadaan keamanan di Juba. Ia mengatakan serangan itu dilakukan oleh pasukan yang setia kepada mantan wakil presiden, Riek Machar. Machar diberhentikan oleh presiden bulan Juli.
Presiden Kiir mengatakan bentrokan dimulai sewaktu pasukan yang setia kepada mantan wakil presiden Riek Machar menyerang markas militer di Juba.
Kedutaan Amerika di Juba tetap tutup hari Selasa (17/12) dan melaporkan bahwa sebagian besar layanan telepon seluler di kota itu terhenti.
Utusan khusus Amerika untuk Sudan dan Sudan Selatan, Donald Booth, mengatakan kepada VOA hari Senin bahwa Amerika Serikat sangat prihatin mengenai perkembangan itu. Ia mengatakan Amerika Serikat belum dapat mengukuhkan usaha kudeta dan sedang berusaha mengetahui apa yang menyulut kekerasan itu.
Menurut para saksi mata di ibukota, Juba, tembak menembak sporadis dapat didengar sepanjang hari sementara tentara berpatroli di jalan-jalan.
Para pejabat pemerintah menyatakan kekerasan telah menewaskan paling sedikit 26 orang, sementara sebuah stasiun radio PBB, Radio Miraya, menyatakan dokter-dokter di rumah sakit setempat telah merawat lebih dari 100 orang karena luka tembak.
Pemerintah menyatakan Selasa bahwa 10 orang telah ditangkap di Juba karena diduga berperan dalam rencana kudeta. Disebutkan bahwa Machar dan empat tersangka lainnya masih buron.
Tembak menembak kembali terjadi di ibukota Sudan Selatan, Senin malam sesaat setelah Presiden Salva Kiir memberlakukan jam malam sebagai tanggapan atas serangan terhadap markas besar militer.
Kiir mengatakan kepada wartawan hari Senin (16/12) bahwa pemerintah berhasil menggagalkan usaha kudeta dan pemerintah menguasai sepenuhnya keadaan keamanan di Juba. Ia mengatakan serangan itu dilakukan oleh pasukan yang setia kepada mantan wakil presiden, Riek Machar. Machar diberhentikan oleh presiden bulan Juli.
Presiden Kiir mengatakan bentrokan dimulai sewaktu pasukan yang setia kepada mantan wakil presiden Riek Machar menyerang markas militer di Juba.
Kedutaan Amerika di Juba tetap tutup hari Selasa (17/12) dan melaporkan bahwa sebagian besar layanan telepon seluler di kota itu terhenti.
Utusan khusus Amerika untuk Sudan dan Sudan Selatan, Donald Booth, mengatakan kepada VOA hari Senin bahwa Amerika Serikat sangat prihatin mengenai perkembangan itu. Ia mengatakan Amerika Serikat belum dapat mengukuhkan usaha kudeta dan sedang berusaha mengetahui apa yang menyulut kekerasan itu.
Menurut para saksi mata di ibukota, Juba, tembak menembak sporadis dapat didengar sepanjang hari sementara tentara berpatroli di jalan-jalan.
Para pejabat pemerintah menyatakan kekerasan telah menewaskan paling sedikit 26 orang, sementara sebuah stasiun radio PBB, Radio Miraya, menyatakan dokter-dokter di rumah sakit setempat telah merawat lebih dari 100 orang karena luka tembak.
Pemerintah menyatakan Selasa bahwa 10 orang telah ditangkap di Juba karena diduga berperan dalam rencana kudeta. Disebutkan bahwa Machar dan empat tersangka lainnya masih buron.