Charles Jenkins, warga Amerika yang membelot ke Korea Utara sebagai tentara muda dan ditahan di sana selama hampir empat dasawarsa, telah meninggal di Jepang dalam usia 77 tahun.
Jenkins ditemukan tidak sadarkan oleh keluarganya di luar rumah mereka di Kota Sado, Jepang utara, Senin (12/11). Pihak berwenang mengatakan dia meninggal karena penyakit jantung.
Pria berasal dari North Carolina itu sedang berpatroli di Zona Demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan pada suatu malam Januari 1965 ketika dia melintasi perbatasan selagi mabuk dan menyerahkan diri ke pasukan Korea Utara. Sejak itu, Jenkins menghabiskan 39 tahun dengan mengajar bahasa Inggris ke para mata-mata Korea Utara dan berperan dalam film propaganda Korea Utara sebagai penjahat Amerika. Hari-hari Charles Jenkins penuh dengan penistaan dan pemukulan di tangan para petugas keamanan yang menahannya.
Dalam tahun-tahun yang mengenaskan itu, dia bertemu dan menikahi Hitomi Soga, salah seorang dari beberapa warga negara Jepang yang diculik dan dibawa ke Korea Utara untuk melatih mata-mata negara itu dalam bahasa dan budaya Jepang. Pasangan tersebut memiliki dua anak perempuan sebelum Soga diizinkan kembali ke Jepang pada 2002.
Dua tahun kemudian, anggota keluarga lainnya menyusul, dan Jenkins menyerahkan diri ke Angkatan Darat Amerika untuk menjalani pengadilan militer. Dia mengaku bersalah telah melakukan desersi, dan mengatakan bahwa dia membelot karena takut dikirim untuk berperang di Vietnam. Setelah menghabiskan 25 hari dalam tahanan dan dipecat secara tidak hormat, Jenkins pindah bersama keluarganya ke kampung halaman istrinya di Sado. Dia menghabiskan sisa hidupnya bekerja di sebuah toko cendera mata wisatawan dan menulis sebuah buku tentang riwayat pengalamannya. [lt]