Sekitar satu dari lima anak di Inggris mengalami kesulitan dengan pelajaran yang menggunakan angka, seperti matematika. Fakta ini mencari cara mendorong siswa untuk lebih memahami dan mudah bekerja dengan angka.
Bila kita melihat dua nomor, misalnya dua dan tujuh, sebagian besar dari kita tahu dengan sekilas, hampir secara naluriah, nomor mana yang lebih besar. Sebuah tim ilmuwan di Oxford University, yang dipimpin Roi Cohen Kadosh, telah mencoba untuk memahami cara kerja otak ketika kita mengolah angka.
Dalam serangkaian makalah penelitian terbaru, Cohen Kadosh menjelaskan bagaimana stimulasi otak dengan menggunakan arus listrik dapat mempengaruhi proses tersebut.
"Kami ingin melihat apakah rangsangan kepada otak akan meningkatkan kemampuan siswa untuk belajar dan merespon informasi numerik," ujarnya dalam sebuah wawancara telepon.
Untuk mencoba menjawab pertanyaan tersebut, para ilmuwan merekrut 15 peserta eksperimen dan membaginya menjadi beberapa kelompok. Sebagian di antara mereka mendapat rangsangan dengan listrik -- tidak sekuat seperti disetrum, melainkan seperti digelitik-- diarahkan ke bagian tertentu otak mereka saat mengerjakan soal matematika. Sebagian yang lain menerima plasebo.
Mereka kemudian diberi ujian untuk melihat kemampuan mereka dengan angka, menggunakan serangkaian simbol buatan dan bukan angka sungguhan. Hasilnya, mereka yang menerima rangsangan dengan listrik dapat mengerjakan soal-soal yang menggunakan simbol tersebut, dengan lebih baik.
Cohen Kadosh mengatakan tampaknya arus listrik tampaknya mempengaruhi unsur kimia otak dengan membuat sel-sel otak lebih mudah beradaptasi. "Dan, inilah yang ingin kita lakukan untuk membantu mereka yang memiliki masalah belajar (dengan angka," tambah Cohen Kadosh.
Stimulasi semacam ini dapat mempengaruhi lebih dari sekedar keterampilan numerik. Cohen Kadosh mengatakan para peneliti lain sedang mempelajari bagaimana rangsangan dengan listrik ini dapat, di antaranya: mengurangi rasa sakit dan membantu memulihkan kemampuan bicara setelah stroke.
Studi ini baru diuji di laboratorium, tapi dampak dari terapi dengan listrik selama 20 menit tersebut dapat bertahan hingga enam bulan. Hasilnya cukup menjanjikan, sehingga Cohen Kadosh dan timnya meresmikan paten hasil studi mereka ini.