Peneliti AS mempersiapkan uji klinis terhadap terapi baru menggunakan sel induk yang direkayasa secara genetik, yang diharapkan mampu mengisi sistem kekebalan tubuh pasien HIV/AIDS dengan sel baru yang sehat dan kebal terhadap infeksi HIV.
Para ilmuwan percaya terapi baru tersebut bisa menjadi obat untuk pasien yang terinfeksi virus HIV. Teknik ini mencakup pengubahan genetis sel induk, atau stem cell, sel utama yang dapat dimanipulasi untuk menjadi jenis sel apapun. Dalam penelitian ini, periset merekayasa tiga gen yang tahan terhadap serangan HIV menjadi sel induk.
Penelitian ini dipimpin oleh Joseph Anderson, peneliti sel induk di Institute for Regenerative Cures di University of California. Anderson mengatakan dia dan koleganya menternakkan tikus-tikus dengan menambahkan sel-sel kekebalan manusia dan menyuntikkan sel induk yang dimodifikasi secara genetik. Kemudian mereka menginfeksi tikus-tikus tersebut dengan HIV.
"Tikus-tikus itu mampu mencegah infeksi HIV, dan sistem kekebalan mereka normal meskipun virus itu ada dalam tubuh mereka. Kami bisa mendeteksi virus yang terus berkembang di dalam tubuh tikus-tikus itu. Namun, karena kita telah masukkan sel-sel induk yang direkaya secara genetis, sel-sel tersebut mampu mempertahankan tingkat kekebalan sel normal dan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan,” papar Anderson.
Anderson mengatakan sistem kekebalan tubuh pada tikus tampak normal, dengan adanya sel- sel yang kebal HIV yang bereproduksi dan berkembang. Menurut Anderson percobaan tersebut menegaskan keamanan dan efektivitas terapi. Dia sekarang berharap untuk melakukan uji coba klinis dari rekayasa genetik, sel-sel kekebalan yang tahan terhadap HIV pada manusia yang terinfeksi virus HIV.
"Mudah-mudahan, jika ini dilanjutkan ke uji klinis pada manusia, kita akan mampu untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh manusia normal pada pasien yang terinfeksi HIV. Diharapkan mereka bisa berhenti minum obat antiretroviral karena sel induk yang kebal secara genetik akan dapat melawan virus dalam tubuh pasien,” kata Anderson.
Artikel oleh Joseph Anderson dari University of California dan rekan-rekannya mengenai sel-sel induk rekayasa hasil genetik yang kebal terhadap HIV diterbitkan dalam Journal of Virology edisi Mei.
Penelitian ini dipimpin oleh Joseph Anderson, peneliti sel induk di Institute for Regenerative Cures di University of California. Anderson mengatakan dia dan koleganya menternakkan tikus-tikus dengan menambahkan sel-sel kekebalan manusia dan menyuntikkan sel induk yang dimodifikasi secara genetik. Kemudian mereka menginfeksi tikus-tikus tersebut dengan HIV.
"Tikus-tikus itu mampu mencegah infeksi HIV, dan sistem kekebalan mereka normal meskipun virus itu ada dalam tubuh mereka. Kami bisa mendeteksi virus yang terus berkembang di dalam tubuh tikus-tikus itu. Namun, karena kita telah masukkan sel-sel induk yang direkaya secara genetis, sel-sel tersebut mampu mempertahankan tingkat kekebalan sel normal dan sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan,” papar Anderson.
Anderson mengatakan sistem kekebalan tubuh pada tikus tampak normal, dengan adanya sel- sel yang kebal HIV yang bereproduksi dan berkembang. Menurut Anderson percobaan tersebut menegaskan keamanan dan efektivitas terapi. Dia sekarang berharap untuk melakukan uji coba klinis dari rekayasa genetik, sel-sel kekebalan yang tahan terhadap HIV pada manusia yang terinfeksi virus HIV.
"Mudah-mudahan, jika ini dilanjutkan ke uji klinis pada manusia, kita akan mampu untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh manusia normal pada pasien yang terinfeksi HIV. Diharapkan mereka bisa berhenti minum obat antiretroviral karena sel induk yang kebal secara genetik akan dapat melawan virus dalam tubuh pasien,” kata Anderson.
Artikel oleh Joseph Anderson dari University of California dan rekan-rekannya mengenai sel-sel induk rekayasa hasil genetik yang kebal terhadap HIV diterbitkan dalam Journal of Virology edisi Mei.