Terobosan untuk Problem Penitipan Anak di Kentucky

  • Associated Press

Rylee Monn bermain bersama anak-anak di sebuah pusat penitipan anak di Lexington, Kentucky, Rabu, 13 Maret 2024. (AP/Dylan Lovan)

Di seluruh Amerika, cerita mengenai keluarga-keluarga relatif sama: tempat penitipan anak terlalu mahal dan tidak terjangkau bagi mayoritas orang tua. Sebuah upaya komunitas di Kentucky menjadi solusi kecil bagi persoalan ini.

Selain itu, penitipan anak bagi orang tua yang bekerja juga punya tantangan lain: sulit ditemukan bagi mereka yang bisa membayar, tetapi juga memberikan tantangan keuangan bagi operator jasa penitipan sekaligus para karyawan mereka.

Pemerintahan Presiden Joe Biden dan Kongres mencoba untuk mengatasi sejumlah persoalan ini, ketika pandemi COVID 19 melumpuhkan sektor jasa penitipan anak.

Namun, ketika dana bantuan $51 miliar yang mencapai rekor itu tak lagi diberikan, banyak negara bagian mencoba mengatasi itu dengan solusi mereka sendiri.

Delaney Griffin (tengah), bermain dengan balita di pusat penitipan anak di tempatnya bekerja di Lexington, Kentucky, 13 Maret 2024. (AP/Dylan Lovan)

Pada 2023, negara bagian Kentucky memulai sebuah program untuk menutupi atau mengurangi biaya penitipan anak, bagi orang tua yang bekerja di sektor itu sendiri.

Beth Morton, Direktur Pusat Pengembangan Kesehatan Anak Baptist di Lexington, Kentucky mengatakan, pada dasarnya program ini mendorong orang untuk mau bekerja di tempat penitipan anak. Jika mereka bekerja di tempat ini, mereka akan menerima subsidi untuk penitipan anak mereka sendiri.

“Jadi, jika Anda bekerja di sebuah tempat penitipan anak yang berlisensi di Kentucky, pada dasarnya Anda otomatis berhak menerima bantuan biaya penitipan anak. Yang Anda tahu, ini memberikan manfaat besar bagi para staf,” ujar Morton.

Your browser doesn’t support HTML5

Terobosan untuk Problem Penitipan Anak di Kentucky

Program ini bertujuan mengatasi dua tantangan sekaligus. Pemerintah berharap langkah ini mampu menarik minat lebih banyak pekerja ke sektor usaha jasa ini, untuk mengatasi kekurangan staf di banyak tempat penitipan anak. Selain itu, pemerintah juga ingin menyediakan lebih banyak tempat penitipan anak berbiaya murah untuk semua keluarga.

Program ini telah membantu sektor jasa penitipan anak di negara bagian tersebut, untuk merekrut para pekerja yang mungkin memang ingin memilih sektor pelayanan sebagai profesinya.

Delaney Griffin, 30 tahun, bekerja di restoran pizza tahun lalu dan sedang menimbang-nimbang, apa yang perlu dilakukan untuk keluarga mudanya. Biaya penitipan anak menguras hampir seluruh gaji yang dia terima selama dua pekan, dan hanya menyisakan $100.

Seorang sukarelawan di tempat penitipan anak SD Endeavour di Nampa, Idaho, bermain dengan seorang bayi, yang ibunya mengajar kelas dua di sekolah tersebut, 29 Februari 2024. (Darren Svan/Berita Pendidikan Idaho via AP)

Setelah mempelajari tentang program penitipan anak, dia menerima pekerjaan sebagai staf di Pusat Pengembangan Kesehatan Anak Baptist pada Desember lalu. Saat ini, dia cukup membayar sekitar $5 per pekan untuk biaya penitipan anaknya sendiri. Sementara anak pertamanya telah masuk di program pra sekolah.

“Jumlah gaji yang bisa saya bawa pulang meningkat drastis dibandingkan dengan sebelumnya. Dulu, saya hanya bisa menyisakan mungkin sekitar 10 persen dari gaji untuk dibawa pulang, untuk belanja barang kebutuhan sehari-hari dan juga popok bayi secara umum. Sekarang saya bisa membawa pulang sekitar 85 persen gaji saya,” kata Griffin.

Beth Morton menambahkan, bahwa banyak industri lain yang sangat tergantung pada tempat penitipan anak yang dapat diandalkan.

“Jika orang tidak mampu mengakses penitipan anak, mereka tidak bisa bekerja. Dan karena itulah kita harus memastikan bahwa kita memilih guru-guru berkualitas, bahwa kita memiliki program-program yang berkualitas. Dan memiliki semua manfaat itu, bagi apa yang biasanya merupakan industri dengan gaji rendah, adalah sangat penting,” kata Morton. [ns/uh]