Rusia, pada Senin, melancarkan serangan rudal di pusat perbelanjaan yang ramai di satu kota di Ukraina tengah. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia melakukan serangan yang "sudah diperhitungkan" terhadap warga sipil.
Zelenskyy mengatakan bahwa lebih dari 1.000 warga sipil berada di dalam mal di kota Kremenchuk itu ketika serangan terjadi. Layanan darurat Ukraina mengatakan sedikitnya 16 tewas dan 59 lainnya terluka dalam serangan tersebut.
BACA JUGA: Misi Perdamaian Indonesia ke Rusia dan Ukraina Lebih Terfokus pada Krisis Pangan"Ini bukan serangan yang tidak disengaja. Ini adalah serangan Rusia yang diperhitungkan tepat di pusat perbelanjaan ini," kata Zelenskyy, pada Senin (27/6) malam, dalam pidato video. Ia menambahkan bahwa serangan itu "adalah salah satu serangan teroris paling berani dalam sejarah Eropa."
Zelenskyy sebelumnya mengatakan di akun Telegram bahwa jumlah korban "bahkan tidak mungkin dibayangkan." Ia mengatakan bahwa pusat perbelanjaan itu, yang terletak 300 kilometer di tenggara ibu kota, Kyiv, "tidak berbahaya bagi tentara Rusia, dan tidak memiliki nilai strategis."
Petugas penyelamat terus bekerja sampai malam mengais puing-puing untuk mencari korban selamat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mencuit, "Dunia ngeri melihat serangan rudal Rusia hari ini, yang menghantam pusat perbelanjaan yang ramai di Ukraina. Ini serangan terbaru dalam rangkaian kekejaman. Kami akan terus mendukung mitra kami, Ukraina, dan menuntut Rusia, termasuk mereka yang bertanggung jawab atas kekejaman itu, untuk diadili."
Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut serangan itu "tercela." Ia mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB akan bertemu pada Selasa (28/6) atas permintaan Ukraina pasca serangan itu. [ka/rs]