Tewasnya dua pemimpin pemberontak Muslim pekan ini dalam pertempuran yang berlarut-larut dengan tentara di Filipina akan membantu negara itu mencabut keadaan darurat militer di pulau Mindanao, kecuali jika kekerasan baru berkobar, kata para pakar.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menetapkan keadaan darurat militer atas pulau itu pada Mei lalu untuk membantu tentara dan polisi meningkatkan efisiensi dalam memerangi kelompok pemberontak Muslim Maute di kota pulau itu. Kantor presiden Senin menyatakan pasukan di Marawi telah menewaskan saudara pendiri kelompok itu serta seorang pemimpin Abu Sayyaf, kelompok penculik di Filipina yang didukung ISIS. Abu Sayyaf tampaknya membantu Kelompok Maute.
Keadaan darurat militer mungkin dicabut sesuai jadwal pada 31 Desember, atau mungkin lebih cepat lagi, kata sebagian analis. Tetapi pemerintah belum menyatakan komitmennya terhadap suatu tanggal tertentu karena masih berperang melawan pemberontak yang tersisa di kota Marawi yang terkepung.
Jika kekerasan baru oleh pemberontak terjadi di Marawi atau di tempat lainnya di Mindanao, keputusan itu mungkin akan diperpanjang. Mindanao yang berpenduduk 21 juta orang telah sering mengalami kekerasan. [uh/ab]