Tewasnya Komandan Quds oleh AS Munculkan Seruan Menahan Diri dan Pembalasan

Seorang pria memegang foto Mayjen Qasem Soleimani yang tewas akibat serangan AS, dalam aksi protes di Teheran, 3 Januari 2020.

Reaksi terhadap pembunuhan pemimpin pasukan elit Iran, Quds oleh AS dalam serangan udara di bandara Baghdad, Irak, telah menimbulkan seruan untuk menahan diri dan juga pembalasan.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyebut pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani “suatu tindak terorisme dan pelanggaran atas kedaulatan Irak.”

BACA JUGA: Tewasnya Komandan Pasukan Quds Iran Picu Kekhawatiran Global

Departemen Pertahanan AS membela pembunuhan Soleimani karena ia “aktif membangun rencana untuk menyerang para diplomat dan tentara Amerika di Irak dan seluruh kawasan.” Jenderal Soleimani adalah pakar strategi militer penting bagi Iran.

“Syahidnya Soleimani akan membuat Iran lebih tegas dalam menentang ekspansionisme Amerika dan untuk membela nilai-nilai Islam kami,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani dalam suatu pernyataan. “Tanpa ragu, Iran dan negara-negara pencari kebebasan lainnya di kawasan akan melakukan pembalasan atasnya.”

Nancy Pelosi (Foto: dok).

Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan serangan itu dilakukan “tanpa berkonsultasi” dengan Kongres dan berisiko “memicu eskalasi kekerasan lebih jauh yang berbahaya.” Ia mengatakan “Amerika – dan dunia – tidak bisa membiarkan eskalasi ketegangan yang tidak dapat dihentikan lagi.”

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab meminta semua pihak untuk melakukan deeskalasi.

Seorang juru bicara kelompok Hamas Palestina mengatakan kematian Soleimani “membuka pintu-pintu kawasan ke semua kemungkinan, kecuali ketenangan dan stabilitas.” Bassem Naim mengatakan “AS bertanggung jawab untuk itu.”

Seorang juru bicara pemerintah China mengatakan China “menentang penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional.” Ia menambahkan, “Kami mendesak semua pihak terkait, khususnya AS, untuk menahan diri dan mencegah eskalasi ketegangan.”

Senator AS Jim Risch, anggota fraksi Republik yang memimpin Komite Hubungan Luar Negeri Senat menulis di Twitter bahwa “hari ini keadilan ditegakkan,” seraya menambahkan, “Sebagaimana telah saya peringatkan sebelumnya kepada pemerintah Iran, mereka tidak boleh keliru mengartikan sikap menahan diri kita menanggapi serangan-serangan terdahulu mereka sebagai suatu kelemahan.”

“Ini adalah langkah eskalasi yang sangat besar di kawasan yang sudah berbahaya,” kata mantan wakil presiden Joe Biden, salah seorang kandidat calon presiden dari partai Demokrat. Presiden AS Donald Trump, kata Biden, “baru saja melemparkan sebatang dinamit ke dalam tempat yang sangat mudah terbakar, dan ia berutang penjelasan kepada rakyat Amerika mengenai strategi dan rencana untuk membuat aman pasukan dan personel kedutaan kita, rakyat kita dan kepentingan kita, baik di sini di dalam negeri maupun di luar negeri, dan mitra-mitra kita di dalam dan di luar kawasan.”

Moshen Rezaei, mantan komandan Garda Revolusi Iran mengatakan, “kami akan melakukan pembalasan yang kuat terhadap Amerika.” [uh/ab]