Kebaikan adalah kata yang menginspirasi sineas pemenang penghargaan Emmy, Kahane Cooperman dan John Hoffman, untuk membuat "The Antidote." Film dokumenter itu mengangkat kisah tentang bagaimana komunitas-komunitas di seluruh AS mengulurkan tangan pada masa sulit.
Dr. James O’ Connell, pendiri Layanan Kesehatan Boston bagi Tuna Wisma, turun ke jalan-jalan untuk membantu warga tuna wisma.
BACA JUGA: Proyek Bangau Indonesia Berdayakan Pelukis di Masa PandemiDi Amarillo, Texas, Russell Lowery-Hart, presiden Amarillo College, membantu para mahasiswa yang membutuhkan untuk mengatur kehidupan pribadi, berprestasi secara akademis dan menghindari kemiskinan turun temurun.
Di SMA Peter Johansen di Modesto, California, Sherry McIntyre mengajar sebuah kelas mengenai toleransi beragama dan keragaman keyakinan di AS.
John Hoffman mengatakan masih banyak lagi kisah inspiratif lain.
"Kami muncul dengan enam pertanyaan yang betul-betul menentukan proses kreatif kami, yaitu bagaimana kita mengasuh anak, bagaimana mengajar anak-anak, bagaimana kita merawat orang sakit dan sekarat? Bagaimana kita hidup dan bekerja sama? Bagiamana kita menyambut orang tak dikenal dan bagaimana kita memimpin?" papar John Hoffman dalam wawancara via Skype.
Hoffman mengatakan film itu dibuat sebagai penawar akan semakin meningkatnya perpecahan politik dan sosial di Amerika.
BACA JUGA: Berbagai Kelompok Muslim AS Donasikan Masker Semasa Pandemi"Kisah-kisah itu semuanya adalah contoh untuk memperbaiki kesalahan sistemik yang kami sebut ketidakbaikan fundamental," ujarnya.
Kahane Cooperman menyampaikan sentimen senada.
"Hal yang secara fundamental tidak baik adalah tidak punya tempat aman untuk tidur, tidak punya akses ke layanan kesehatan. Rasisme adalah hal yang secara fundamental tidak baik. Homofobia adalah hal yang secara fundamental tidak baik. Seksisme adalah hal yang secara fundamental tidak baik," kata Cooperman dalam wawancara via Skype.
Cooperman mengatakan meskipun filmnya dibuat sebelum AS mengalami pandemi, tapi pesannya tetap relevan hingga kini.
"Bahkan mungkin lebih relevan dibandingkan ketika kami memulai. Terkait COVID-19, banyak masyarakat saling membantu," ujarnya.
Misalnya, masyarakat di Anchorage, Alaska, menyambut para pengungsi dari Afrika atau bagaimana komunitas lansia di Portland, Oregon, merawat anak-anak di panti asuhan.
Kedua sineas itu berharap filmnya bisa menginspirasi masyarakat untuk saling mengulurkan tangan dan melakukan kebaikan, ketimbang memicu kebencian dan perpecahan. [vm/jm]