Tiba di Beijing, Prabowo Temui Presiden Xi

Presiden China Xi Jinping (kanan) berjabat tangan dengan Presiden terpilih Indonesia Prabowo Subianto di Balai Besar Rakyat China di Beijing, Senin, 1 April 2024. (Yao Dawei/Xinhua via AP)

Menteri Pertahanan, yang juga presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto hari Minggu (31/3) tiba di Beijing, China. Ia disambut langsung oleh Wakil Menteri Luar Negeri China Sun Weidong, Duta Besar China di Jakarta Lu Kang dan Atase Pertahanan Indonesia di Beijing Brigjen TNI (Mar) Benny Poltak. Ada pula Duta Besar Indonesia Untuk China Djauhari Oratmangun dan beberapa pejabat Departemen Pertahanan Indonesia dan China.

Prabowo melangsungkan pertemuan bilateral dengan Presiden Xi Jinping, Senin sore (1/4) waktu setempat dan dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang dan Menteri Pertahanan Dong Jun pada hari Selasa (2/4).

Kunjungan Prabowo ini dilakukan kurang dari dua bulan, setelah dia memenangkan pemilu untuk memimpin negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.

Menteri Pertahanan, yang juga presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto hari Minggu (31/3) tiba di Beijing, China. (Courtesy : Tim Prabowo-Gibran)

Kunjungan Prabowo dilakukan atas undangan Presiden Xi untuk mendiskusikan hubungan kedua negara, meskipun dia baru akan dilantik sebagai presiden pada Oktober nanti.

China menjadi negara asing pertama yang dikunjungi Prabowo sebagai presiden terpilih, sebelum ke negara-negara tetangga Indonesia di kawasan ini. Langkah ini menggarisbawahi hubungan dekat yang dibangun dalam satu dekade terakhir di bawah pendahulunya yang saat ini masih menjabat, Presiden Joko Widodo.

Sebagai perbandingan, Jokowi tidak melakukan perjalanan ke luar negeri ketika masih berstatus sebagai presiden terpilih, sebelum dilantik.

Namun, kunjungan pertama Jokowi setelah pelantikannya adalah juga ke China, untuk KTT tahunan para pemimpin Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada 2014. Kunjungan itu diikuti dengan enam kunjungan lainnya hingga 2023.

Menteri Pertahanan dan presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto tiba di Beijing, China, Minggu (31/3). (Courtesy : Tim Prabowo-Gibran)


China telah menjadi mitra dagang utama Indonesia selama satu dekade terakhir. Sumber daya alam Indonesia seperti batu bara dan nikel, telah membantu menggerakkan China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia. China juga telah menggelontorkan miliaran dolar ke proyek-proyek infrastruktur dan industri, termasuk kereta cepat Jakarta-Bandung.

Prabowo, yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan, dipandang luas oleh para analis memperoleh dukungan penuh dari Jokowi, yang telah mengubah mantan pesaing politiknya ini menjadi sekutu untuk melestarikan warisannya.

Namun masih harus dilihat bagaimana Prabowo akan menavigasi sejumlah isu lain, termasuk perebutan pengaruh antara China dan Amerika Serikat di Asia Tenggara.

Prabowo sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen terhadap kebijakan politik bebas aktif dan akan tetap menjalin hubungan erat dengan China maupun Amerika Serikat.

BACA JUGA: China Jadi Salah Satu Investor Utama Proyek Ibu Kota Nusantara

Klaim ekspansif China di Laut China Selatan bisa jadi menghadirkan ujian bagi kepemimpinan Prabowo, meskipun klaim kedua negara yang saling bertindihan di kawasan itu belum menjadi perselisihan yang besar, seperti yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir antara China dan Filipina.

Indonesia menyatakan ujung selatan dari Laut Cina Selatan adalah bagian dari Zona Ekonomi Ekslusif-nya, dan pada 2017 menamai kawasan itu sebagai Laut Natuna Utara.

China telah menolak klaim itu, dan mengatakan bahwa kawasan itu berada di antara teritorial yang diklaimnya di Laut China Selatan, yang ditandai dengan “sembilan garis putus-putus” berbentuk huruf U. Ini adalah batas yang oleh Pengadilan Permanen Arbitrasi di Den Haag, telah diputuskan tidak memiliki dasar hukum. [em/ns/rtr/uh]